45

1.6K 73 26
                                    

BAGAS melabuhkan duduk di kursi  yang sudah disiapkan. Rutinitas yang dilakukan kalau ada kesempatan sejak setahun yang lalu.

Tamin di sebalik kaca pengaman di sisi lain tampak sayu. Dia meraih pegangan ponsel. Sudah setahun sejak dia dipenjara karena melakukan kejahatan termasuk percobaan membunuh dan penggelapan uang perusahaan.

Keberadaan Tamin di penjara tidak membuat Bagas melupakan dan membuang langsung satu-satunya saudara lelaki yang dimilikinya. "Gimana hari kamu? Semuanya baik-baik aja, kan?" sebuah pertanyaan yang sering dia tanyakan ketika memulai percakapan mereka.

Tamin hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Dia merasa malu dan semakin merasa bersalah ketika sang kakak terus-terusan mengunjunginya tanpa melupakan ikatan persaudaraan mereka terlepas apa yang sudah terjadi. "Mas Bagas, gimana kabarnya Idara?"

Idara saat ini berada di rumah sakit mental karena menderita sakit mental. Dia menjadi depresi ketika berada di penjara. Tamin hanya bisa menerima dengan pasrah apa yang sudah ditakdirkan untuk dia dan Idara. Bahkan dia menyerah memikirkan cara untuk meneruskan kehidupannya membawa rasa bersalah dan dosa-dosanya hingga ke akhir napas. Mungkin ini untuk adalah hukuman dunia untuk mereka berdua.

🍂🍂🍂

MICHELLA telah dibebaskan setelah tiga bulan di penjara. Tuduhan terhadapnya dicabut atas desakan Winna. Michella masih muda dan perjalanannya masih jauh serta banyak hal yang harus dilakukan. Namun, sertifikat dan kelulusan di bidang medis yang dimilikinya telah dicabut menyebabkan Michella tidak lagi menyandang gelar dokter.

Michella sendiri berkesempatan menemui Winna, Kirana dan Nathan untuk menuntut maaf atas semua yang sudah dia lakukan. Bahkan, dia berterima kasih karena tuduhan terhadapnya dicabut. Setelah itu, Michella menghilang dan tiada siapa tahu ke mana gadis utu pergi setelah kehilangan gelar dokter dan tidak diterima dalam keluarganya.

🍂🍂🍂

PERNIKAHAN Jevan dan Kirana akhirnya tiba. Aula yang dijadikan tempat pernikahan berlangsung didekorasi dengan indah. Upacara ikrar sehidup semati mereka bakal dimulai pada jam tepat sembilan pagi. Sejak pagi anggota keluarga, teman terdekat dan pihak dekorasi acara telah berada di aula menerapkan sentuhan akhir. Jam setengah delapan sudah ada tamu undangan yang hadir dan mengambil tempat duduk masing-masing.

Bagas, Taalia serta kedua orang tuanya Jevan iaitu David dan Tiara sudah mula menyambut para tetamu dan kaum kerabat yang hadir. Para anggota keluarga mereka mengenakan tuksedo hitam dipadankan dengan dasi merah buat lelaki dan gaun merah buat perempuan.

"Sayang, bantuin aku." Nathan berdiri di depan Winna. Dia merendahkan tubuhnya dengan tangan mengulurkan dasi merah meminta sang istri memasang dasi untuknya.

"Kamu mengalahkan mempelai wanita aja kelakuannya." Winna menggelengkan kepalanya tapi tangannya tetap bergerak memasang dasi buat sang suami.

Kirana yang duduk di kursi yang ada di ruangan menunggu dengan gaun pengantin indah berwarna putih membaluti tubuh hanya tersenyum melihat pasangan di hadapannya itu.

"Gak usah ngomel dong, sayang. Buruan pasangnya. Jevan bakal meneriaki aku karena aku masih belum ada bersamanya di saat ini."

Winna hanya terkekeh. Sesuai rencana, dia dan Nathan akan bersama menjadi pengiring mempelai hari ini. Dia, papa dan mama akan bersama menghantar Kirana menyusuri lorong bertabur kelopak mawar merah sepanjang aula sehingga tiba di altar untuk mengucapkan janji suci. Nathan sendiri akan berada di sisi Jevan menunggu kedatangan mempelai perempuannya.

Di aula yang berada di lantai bawah, semua orang sibuk mempersiapkan segalanya agar acara berjalan tanpa sebarang masalah. Kedatangan karyawan dari CH Group, Hermawan Group dan Pusat Medis Metropolitan sudah memenuhi aula termasuklah Jelita, Jeffery, Jian, Gladis dan Wanda.

Love, That One Word✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang