"NATHANIEL JUSTINE."
Suara itu kedengaran tepat di sebelah telinganya. Nathan tidak perlu menoleh karena dia cukup mengenali suara yang barusan memanggil nama penuhnya. Buket yang lewat di depan wajah dibiarkan begitu saja. Dia tersenyum nipis sebelum memalingkan wajahnya ke sebelah kanan.
"Aku telat." Kirana tidak peduli dengan tatapan kedua netra hitam milik Nathan. Dia hanya memberi tumpuan sepenuhnya kepada tanda di depannya sebelum menutup kedua belah mata dan dan merapatkan kedua tangan di depan mata berdoa pada pemilik tanda memorial di depannya ini.
"Kamu bawa mobil sendiri?" Nathan mengangkat sebelah alisnya bertanya. Dia merasakan kalau dia sudah tidak sering menghabiskan masa bersama Kirana sekarang. Semua orang sibuk termasuklah Kirana dan dirinya sendiri.
Kirana yang baru selesai berdoa membuka matanya. "Iya, setelah selesai sarapan bareng papa dan mama, aku langsung ke sini. Kalo papa dan mama, mereka bakal ke sini nantinya bareng papa dan mama kamu." Dia menatap Nathan dengan pandangan yang sulit untuk diartinya. "Semuanya baik-baik aja kan?"
"Iya, semuanya baik-baik aja setidaknya untuk sekarang. Walaupun aku sibuk, aku tetap melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Teruskan hidup juga, bukannya gitu?"
"Mau gak mau ya kamu harus melakukannya juga apalagi soal pernikahan. Kalo kamu gak terlibat dengan persiapan pernikahan ini, aku bakal kecewa berat."
"Iya, Sekar Kirana. Bawel banget."
"Kamu udah selesai ngomong sama mereka kan?" suara Kirana berubah melembut saat dia menyadari kalau Nathan terlihat begitu tenang. Tidak seperti waktu-waktu dia berada di tetap terendahnya beberapa bulan yang lalu.
"Udah." Nathan menjawab perlahan sebelum senyuman hambarnya memudar. Mereka..., adalah orang yang sangat berarti dalam kehidupan Nathan dan juga Kirana.
"Kalo gitu, ayo ke rumah sakit sekarang. Aku benar-benar berharap kamu gak lupa kalo sebentar lagi kita berdua bakal sama-sama sibuk." Kirana berdiri. "Menemui perencana pernikahan juga hari ini."
"Apa sekarang?"
"Ini masih delapan pagi, Nathan. Masih terlalu awal. Kan aku ngajak kamu bareng ke rumah sakit dulu. Ketemu dengan perencana pernikahan itu jam sebelas." Kirana mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. "Aku harap gak bakal ada masalah lain lagi hari ini kayak waktu itu."
"Jangan biarkan orang lain mencoba gaun pengantin kamu lagi." Nathan melirik Kirana dari tempat dia berdiri sebelum beralih ke arlogi mewah di pergelangan tangannya.
Kirana menyeringai. Sejak tanggal pernikahan ditetapkan beberapa bulan yang lalu, segala bentuk sindiran telah dia terima. Sekarang, dia pertimbangkan kalau ucapan sebentar tadi adalah bentuk sarkasme dari Nathan. Mengingat hal dulu membuatnya menggelengkan kepala tanpa sadar. Masih dia ingat hari di mana dia tidak dapat hadir ketika dia ingin mencoba gaun pengantinnya. Mau tidak mau, Winna yang harus mencoba menggantikan dirinya ketika itu. Untung badan kedua mereka tidak banyak beda.
Nathan yang sedang mengecek jadwal di ponselnya mengerutkan alis saat melihat Kirana menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. "Apa kamu lagi ingat tentang Winna? Pasti kamu masih mengingatnya saat dia menggantikan kamu untuk mencoba gaun pengantin."
"Iya, setelah dipikir aku jadi gak nyangka kalo dia benar-benar memakai gaun pengantinnya waktu itu dan menikahi kamu."
"Tapi sekarang gak bakal ada yang menggantikan kamu lagi untuk mencoba gaun pengantin kalo kamu gak dateng sendiri hari ini."
Kirana yang tadinya tersenyum kecil kini merasakan senyuman itu memudar. "Iya, sekarang Winna gak bisa menggantikan aku lagi."
🍂🍂🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, That One Word✔️
FanfictionWinnareyn Aurel, dia adalah seorang dokter yang merelakan segala kemewahan dan dibenci oleh papa sendiri demi melanjutkan perjuangan sang kakak untuk terus mengabdi pada masyarakat. Hidupnya terlalu jauh berbeda jika dibandingkan sama saudara kandun...