14

452 44 8
                                    

"WINNA, apa kamu udah makan?"

Cangkir di tangan Winna hampir saja terjatuh saat mendengar suara seseorang menyapanya. Tidak mungkin setan karena dia tahu cuma ada dua orang manusia yang tinggal dalam rumah ini.

"Aku nanya karena aku liat di kulkas gak ada apa-apa yang bisa dimakan."

Winna menoleh ke belakang perlahan-lahan.

"Kamu gak kerja hari ini kan?" Nathan tahu Winna pasti terkejut melihatnya apa lagi dengan dia berterusan menanyakan soalan sedari tadi tanpa sempat Winna mencelah.

Winna kemudian mulai menyadari sesuatu. "Bukannya kamu keluar lebih awal tadinya?" Cangkir di tangan diletakkan di atas meja. Loh Winna, kenapa kini malah dia yang bertanya?Kan keliatan banget kalau Winna tahu pergerakan lelaki itu.

"Hari ini aku juga libur. Tadinya aku cuma keluar buat beli sarapan doang. Gak kemana-mana kok."

Winna mengangkat sebelah alisnya. Mimpi apa dia semalam karena tiba-tiba Nathan menyapa dan mengajaknya berbicara pagi ini. "Kalo kamu pengen makan, ya udah. Aku akan balik ke kamar." Gila canggung banget.

"Yok makan bareng aja mumpung kamu juga belum sarapan." Nathan mencegat.

Winna sekali lagi kaget berat. "Makan bareng?"

"Maaf kalo aku lancang tapi tadinya aku gak dengar musik dari kamar kamu waktu mau beli sarapan. Jadi karena itu, aku beli lebih banyak sarapannya buat kita berdua." Ucap Nathan dengan keadaan yang terlalu canggung.

Winna terlihat malu apabila rutinitasnya itu ternyata disadari Nathan. Sudah menjadi kebiasaan dia akan bersiap-siap untuk bekerja dengan mendengarkan musik. Ada ketika dia turut menyanyikan sebuah lagu. Entah sejak kapan dia memiliki kebiasaan itu. Mungkin sejak dia menikah. Selama ini Winna tidak pernah memikirkan kalau ternyata Nathan akan menyadari semua itu.

"Ayok duduk, kita sarapan bareng." Nathan sudah melangkah ke meja bundar di dapur sambil mengulang ajakannya.

Winna masih terpaku tidak bergerak dari tempat dia berdiri.

"Ayok Winna, kalo udah dingin kan kurang enak." Nathan menarik kursi. Berusaha untuk menetralkan detak  jantungnya juga supaya aman.

"Iya, iya. Aku ambil piring dan bikin minum buat kamu dulu." Winna dengan cepat berbalik dan meraih cangkir lain lalu bergerak menuju ke mesin pemanas air.

Nathan kemudian teringat sesuatu. "Winna." Dia mengangkat wajahnya memandang punggung sang istri. "Apa setelah ini ada yang kamu mau lakukan?"

"Hah?" Winna nampaknya akan menerima banyak kejutan hari ini. Dia berbalik semula ke Nathan dengan cangkir masih di tangan.

"Apa setelah ini kamu punya rencana atau kegiatan lain?"

Winna masih mencoba mencerna apa yang terjadi sekarang. "Gak ada, emang kenapa?"

Nathann menelan ludah. "Kita keluar."

Mata Winna melebar.

"Kamu mau kan keluar bareng? Kita harus pergi buat berbelanja bahan makanan soalnya kulkas kita udah kosong."

Kali ini rahang Winna jatuh dengan cangkir yang dipegangnya erat-erat. Kalau tidak, takutnya nanti cangkir di tangan bakal pecah karena turut sama jatuh ke bawah.

🍂🍂🍂

"COBALAH untuk berusaha mengenalnya dengan lebih deket. Emangnya sampai kapan lo mau membiarkan hubungan lo dengan Winna kayak gini terus?" Jevan mencoba untuk memberi nasehat terbaik buat Nathan sebagai sahabat yang sudah lama mengerti bagaimana keduanya. "Kalo emang benar lo gak mencintai Winna, emangnya gak bisa kalo kalian berteman aja dari jadi orang asing yang tinggal serumah?"

Love, That One Word✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang