2

872 79 2
                                    

Roseanne POV

Air mataku tidak bisa berhenti tumpah meskipun aku ingin berhenti. Saat mendengar kegaduhan dimana langkah kaki berlari ke arahku, aku mengangkat pandangan dan bertemu tatap dengan Jisoo yang tampak sangat panik. Tangisku semakin pecah ketika Jisoo menarik bahuku, membuatku menatap ke arahnya.

“Apa yang terjadi, Roseanne? Apa yang terjadi?” Tanya Jisoo. Kepanikan terdengar dari suaranya. Jisoo sangat khawatir sehingga dia langsung berlari ke Rumah Sakit padahal aku tahu, dia sedang sibuk untuk persiapan konser malam ini.

“A-aku tidak tahu, Jisoo. Mereka bilang, Lisa overdosis alkohol.” Aku menunduk.

Bayangan saat Lisa kejang, mulut mengeluarkan busa, bibirnya sepenuhnya pucat dan tangan yang dingin masih terngiang di benakku, membuat dadaku sesak. Belum ada dokter atau perawat yang keluar sejak Lisa masuk ke ruang UGD dan aku takut dengan apa yang terjadi di dalam.

“Bagaimana bisa? Apa yang salah dengannya?” Jisoo terdengar tak percaya. Matanya sendiri berkaca-kaca setelah mendengar apa yang aku katakan.

Lisa harus melihat ini. Jisoo bukanlah orang yang mudah memperlihatkan perasaannya. Fakta bahwa Jisoo saat ini nyaris menangis karena kondisi Lisa membuatku tahu seberapa berarti Lisa dalam hidup Jisoo. Aku selalu tahu bahwa persahabatan mereka begitu kuat, lebih daripada saudara.

Dan aku menceritakannya pada Jisoo. Aku mengatakan bahwa Lisa mengakui bahwa dia melakukan kesalahan dalam penampilannya dan dia ingin sendirian saat itu.

“Aku bodoh sekali,” Aku bergumam, air mataku jatuh lagi untuk yang kesekian kalinya. “Aku tahu ada yang salah dengannya. Aku tahu dari sorot matanya bahwa dia menyimpan sesuatu. Tapi, aku mengabaikannya. Aku menurutinya saat dia meminta waktu untuk sendirian. Aku— Ya Tuhan, seharusnya aku tidak pernah pergi dari sisinya.”

Dadaku sesak. Aku kesulitan untuk bernafas dan saat Jisoo meraih bahuku sekali lagi, mencengkramnya dengan lebih kuat, barulah aku mencoba untuk bernafas dengan baik.

Jisoo tidak mengatakan apapun pada sisa pemeriksaan itu. Saat dokter keluar dari ruangan, aku dan Jisoo segera mendekatinya. Aku menatapnya dengan penuh harap, ingin mendengar berita baik.

“Untungnya, Lisa tidak terlambat untuk di tangani. Jadi, dia baik-baik saja. Dia belum sadar, tapi dia akan baik-baik saja. Namun, melihat kadar alkohol parah yang dia konsumsi, aku berharap seseorang akan memperhatikannya lebih lanjut. Apakah ada kerabat atau keluarga disini?” Tanya sang dokter dan aku terdiam.

Selama satu tahun aku bekerja dengan Lisa, aku tidak tahu apa-apa tentang keluarganya. Lisa tidak pernah mengatakan apapun tentang mereka. Aku menoleh pada Jisoo, sahabat seperjuangan Lisa saat ini.

Jisoo menggelengkan kepala sebagai jawaban, tanda dia pun tidak tahu apapun. Atau, dia menolak untuk membicarakannya.

“Lisa membenci keluarganya. Dia tidak suka berhubungan dengan keluarganya. Tapi aku sahabatnya, aku bisa menjaganya.” Kata Jisoo mencoba untuk meyakinkan sang dokter.

“Dengan segala maaf, bisakah kita bicara di ruanganku?” Tanya sang dokter dan aku langsung menyadari betapa seriusnya dia ingin membicarakan kondisi Lisa saat ini.

Dan mau tak mau, aku dan Jisoo menganggukkan kepala. Dokter berjalan memimpin dan aku serta Jisoo berjalan menuju ruangan sang dokter dengan gugup.

Begitu tiba di ruangan dokter, aku dan Jisoo duduk berdampingan. Meskipun Jisoo tenang, aku bisa mendengar nafasnya yang gusar. Itu membuatku agak mual, karena melihat Jisoo gusar seperti itu menambah kekhawatiranku tentang kondisi Lisa.

“Aku benar-benar berharap bisa mendapatkan kontak keluarga Lisa. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku butuh nomor mereka. Lisa butuh seseorang untuk memperhatikannya. Disini, dukungan dari keluarga sangat di butuhkan. Bisakah kau memberikannya?” Tanya dokter itu menatap Jisoo hingga aku pun ikut menatap sahabat Lisa itu.

Chaelisa - Protect You (Gip L] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang