24

430 54 0
                                    

Lisa POV

Aku terbangun dengan rasa sakit di sekujur tubuhku. Menyingkirkan selimut dan memperlihatkan tubuh yang  telanjang, aku berdiri di depan cermin, merasa jijik dengan tubuhku sendiri. Aku mengepalkan tangan, menyadari betapa menakutkan tempat ini sekarang.

Aku menatap kemerahan yang terlihat di sekujur tubuhku. Tubuhku rusak saat ini. Banyak bekas telapak tangan dimana-mana dan bukan hanya itu saja, ada bekas beberapa pukulan di punggungku juga.

Orang tuaku melakukan itu. Suara tawa menakutkan membuatku terkekeh miris ketika aku menatap air mataku yang jatuh sementara wajahku di penuhi dengan kemarahan. 

Ayahku menikmati kekerasan yang dia lakukan pada tubuhku. Dia membiarkan ibu melecehkanku. Dan aku tidak tahu apa yang aku harapkan dengan menghadapi ketakutan ini.

Roseanne bilang, mungkin saja orang tuaku bisa berubah. Mungkin itu sedikitnya mengharapkan bahwa Roseanne benar. Meskipun pada akhirnya, aku kembali berkubang kembali dalam kekerasan yang di lakukan mereka.

“Oh lihatlah... Siapa yang sudah telanjang pagi ini. Apakah kau selalu sesiap itu?”

Suara jijik ibuku terdengar. Mata ibuku tertuju pada penisku dan aku langsung berjalan ke kemari. Sungguh ajaib bahwa aku masih memiliki kekuatan untuk tetap berjalan meskipun seluruh tubuhku sakit.

Aku buru-buru mengenakan pakaianku, memastikan seluruh tubuhku tertutup sebelum aku berbalik, menatap ibuku yang masih menyeringai.

“Kau tidak perlu menutupinya, Lisa. Aku sudah melihatnya... Aku bahkan sudah merasakannya. Brengsek, aku tidak pernah tahu bahwa aku bisa sepuas itu.”

“Bagaimana kau bisa seperti itu pada anakmu sendiri?” Aku bertanya dengan jijik.

“Kau tahu? Daripada Niki, kau lebih memuaskan karena kau memiliki penis.” Dia berkata dengan terus terang.

Aku mendorongnya menjauh saat dia berusaha menyentuhku. Sudah cukup aku dilecehkan selama satu minggu penuh. Aku terlalu lelah saat ini.

“Beraninya kau menolakku?” Dia mendesis penuh kebencian.

“Sadar! Aku masih putrimu!” Aku berteriak padanya saat itulah pintu terbuka dan aku melihat ayahku muncul dengan sabuk di tangannya.

Sabuk yang telah merusak tubuhku, pikirku miris. Sepertinya seminggu berada di lubang neraka ini telah membentuk diriku menjadi pribadi yang menyeramkan.

Aku tidak lagi takut dengan mereka. Sebaliknya, aku mendengus ketika melihat ayahku berjalan ke arahku.

“Dasar anak tidak tahu diri.” Ayahku menggeram sambil berjalan ke arahku.

Dan begitu juga dengan ibuku yang kembali menyentuhku dengan tidak senonoh. Dia berusaha untuk memasukkan tangan ke dalam celanaku tapi aku meludah tepat di depan wajahnya.

“Dasar anak pungut sialan!” Ibuku menjerit frustasi.

Ayahku mencengkram rahangku dan aku melakukan hal yang sama. Aku meludahi wajahnya. Aku merasakan diriku menyeringai saat dia menampar wajahku begitu kuat.

Wajahku tersentak ke samping dan aku meludah lagi saat merasakan darah terasa di dalam mulutku. Aku menoleh pada mereka dan aku tertawa meremehkan padanya.

“Jadi itu alasan kalian berdua bersikap menjijikkan? Karena aku adalah anak pungut?” Aku menertawakan hal ini.

Entah kenapa, aku tidak terkejut. Mungkin fakta bahwa mereka bisa dengan mudah melecehkanku, menghancurkan hidupku. Tidak ada orang tua normal mana pun bisa melakukan itu. 

Chaelisa - Protect You (Gip L] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang