5

927 83 12
                                    

Roseanne POV

“Lisa, kau tidak perlu melakukan ini jika kau tidak mau.” Aku mengatakannya berulang kali sepanjang perjalanan menuju ke rumah keluargaku malam itu.

Ya, itu memang benar.

Aku adalah orang yang paling ragu bahwa Lisa akan menyetujuinya dengan cepat. Jadi wajar, aku terkejut ketika Lisa tanpa berpikir panjang, mengiyakan ajakanku. Dia dengan penuh percaya diri bersiap dari sore hari.

Namun kini sepanjang perjalanan, dia tampaknya gugup. Tandanya begitu jelas. Lututnya naik turun, menandakan bahwa dia tidak nyaman dengan ini. Aku bisa saja dengan suka rela memutar mobil dan kembali ke rumah demi kenyamanan Lisa. Karena aku benci melihatnya gelisah seperti ini.

“Tidak, tidak apa-apa. Aku mau melakukannya.” Dia tersenyum — dengan paksa.

“Aku putar balik mobilnya, ya?” Aku menawarkan.

“Jangan!” Lisa berkata dengan cepat. “Tidak! Jangan lakukan itu. Jalan saja. Aku hanya perlu menenangkan diri sebentar.”

Aku menggigit ujung bibirku karena resah, memperhatikan saat Lisa berusaha untuk mengatur nafasnya yang tidak teratur. Mengulurkan tangan, aku meraih tangannya dan menggenggamnya.

“Maukah kau katakan apa yang salah, hmm?” Aku bertanya sambil menarik tangannya ke pangkuanku.

Sepertinya gerakanku yang berani mengalihkan pikirannya dari kekhawatiran yang tidak di perlukan. Lisa menatapku dari samping ketika aku masih menggigit bibirku. Aku kemudian melepaskan tanganku ketika di butuhkan untuk mengendalikan setir.

Dan Lisa tidak menarik tangannya. Sebaliknya, tangan itu berada di atas pahaku. Aku, yang saat itu tengah mengenakan gaun. Jari-jarinya cukup dekat dengan paha bagian dalamku dan aku menahan nafas.

Lisa sepertinya tidak menyadari perubahan nafasku saat dia bersandar namun dengan tangan yang tetap berada di pahaku. Aku menagan diri untuk tidak mengerang.

Terutama, ketika saat mandi sebelumnya, aku sadar diri dengan berfantasi mengenai jari dan mulutnya di tubuhku hingga aku orgasme.

Astaga, tenang, Roseanne, pikirku.

“Aku belum pernah bertemu… sebuah keluarga. Bahkan di keluarga Jisoo sekali pun. Jadi aku agak gugup.”

Aku kembali menoleh padanya, menggenggam kembali tangan yang kini berada di pahaku dan meremasnya dengan lembut.

“Keluargaku — atau lebih tepatnya mungkin kakakku mungkin agak gila, ucapannya terkadang tidak terkendali. Tapi aku janji, mereka baik. Dia juga yang mengundang agar aku mengajakmu, ingat?”

Lisa mengangguk. Sepertinya, dia mulai tenang dan dia meremas pahaku sebagai jawaban. Kekuatan dalam remasannya membuatku tanpa sadar merintih pelan. Lisa terpaku pada suara itu, jelas menyadarinya.

Aku bahkan bisa melihat telinganya memerah dan aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah lain. Merasa malu karena malah mengeluarkan suara seperti itu.

Brengsek.

“Tapi aku senang tidak selama 24 jam berada di rumah.” Kata Lisa, dia kembali meremas pahaku dengan lebih kuat dan sekarang aku menggigit bibirku. “Terima kasih sudah mengajakku pergi.”

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku, duduk gelisah di bangku kemudi. Berharap Lisa tidak tahu bahwa di balik gaun yang aku kenakan, aku basah kuyup. Dan melihat jari Lisa sangat dekat dari denyutan yang aku rasakan namun terasa sangat jauh juga terasa menyiksa.

Aku menghela nafas, berharap rasa sakit itu akhirnya akan mereda.

**

Aku segera kehilangan kehangatan yang di berikan Lisa sepanjang perjalanan menuju rumah. Tiba dan akhirnya memarkirkan mobil, aku berhenti dan turun dari mobil diikuti oleh Lisa yang turun dari mobil tak lama kemudian.

Chaelisa - Protect You (Gip L] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang