Part. 5✨

5.4K 258 7
                                    

Malam hari pun tiba. Namun, Mentari tampak setia berdiri di dekat gerbang Rumah mewah itu.

Seharusnya Mentari sudah pulang dari tempat tersebut setelah pekerjaannya selesai. Mentari memilih pulang pergi dari Rumah itu agar tetap bisa menjaga sang adik di rumah sakit. Sebenarnya Novia menawarkan Mentari untuk menginap namun Mentari menolak.

Senyuman tersungging di bibir pink pucat itu ketika cahaya lampu mobil muncul dari luar gerbang.

Mobil yang Langit tumpangi sudah memasuki area pekarangan Rumah mewahnya itu.

Mentari segera menghampiri mobil yang kini berhenti di depan pelataran Rumah itu.

"Tuann..."ucap Mentari

Panggilan Mentari yang cukup keras membuat Langit menoleh. Mata pria itu menyipit ketika Mentari berlari menghampirinya. Wajah Mentari tampak berbinar.

"Apa?" Satu kalimat yang terdengar datar meluncur dari bibir Langit kala Mentari sudah berdiri di hadapannya.

Mentari menatap Nando yang baru saja keluar dari mobil. Ia sedikit ragu mengatakan ini namun tidak ada pilihan lain.

"Maaf sebelumnya Tuan, saya ingin minta tolong. Kali ini saja."ucap Mentari

Sebelah alis Langit terangkat, sedikit penasaran.

"Apa boleh saya meminjam uang lagi 20 juta tidak apa-apa bila saya bekerja lebih lama lagi di Rumah ini. Saya mohon, kali ini saja tuan."mohon mentari

Mentari menyatukan keduanya tangannya dengan penuh permohonan. Sorot matanya sangat mengharapkan belas kasihan Langit.

Nando yang masih berada di tempat itu hanya menyimak dan menunggu reaksi Langit yang tampak diam dengan kerutan halus di keningnya.

"Ini demi adik saya tuan. Besok dia harus segera operasi dan semuanya 70 juta, saya baru ada 50 juta yg kemarin tuan pinjamkaan dan skrg kurang 20 juta."

Langit menghela napas panjang. Pria itu memijit pangkal hidungnya. Setelah seharian menyelesaikan urusan pekerjaannya lalu di sambut dengan permintaan tolong wanita yang baru satu hari menjadi pelayan di Rumahnya.

Mentari begitu tak sabaran menunggu jawaban pria tersebut. Bathinnya tak henti-hentinya terus berdoa.

"Nando, berikan uang yang dia minta."ucap Langit

"Baik!"ucap Nando

Senyuman lebar langsung tersungging di bibir Mentari. Kebahagiaan meletup-letup dalam benaknya. Ternyata benar kata Novia, sebenarnya Langit sangatlah baik.

"Terima kasih, Tuan. Anda sangat baik sekali."ucap Mentari

Terlalu bahagia sampai mencium tangan Langit membuat pria itu tersentak dan langsung menjauhkan tangannya dari Mentari.

"Tidak perlu seperti itu! Sangat menjijikkan." Langit mengusap-usap tangannya yang disentuh danndicium Mentari.

Kata-kata kasar yang keluar dari mulut Lajgit tampak tak berpengaruh apa-apa bagi Mentari yang dilanda kebahagiaan. Akhirnya besok adiknya bisa menjalani operasi.

Langit memilih segera masuk ke dalam Rumahnya itu, meninggalkan Mentari yang tak henti-hentinya mengucap syukur.

Setelah sampai di kamarnya, Langit tampak begitu bosan mendengar ocehan yang terus keluar dari mulut Sang Ibunda, Langit baru saja membersihkan dirinya lalu tiba-tiba seseorang menelponnya. Sepertinya ia tidak dibiarkan untuk istirahat.

Ibunda calling📞....

"Apa kamu paham dengan perkataan Bunda, Langit? Secepatnya tentukan pilihanmu pada para perempuan yang sudah Bunda pilihkan. Ingat umurmu itu sudah kepala tiga."

LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang