Part. 29✨

5.3K 363 102
                                    

Mentari menatap rumah minimalis sederhana
yang terletak di sebuah kompleks. Matanya
menatap menelisik pada bangunan di
hadapannya.

"Kenapa diam? Ayomasuk," ajak Bu Reni
seraya menarik pergelangan tangan Mentari untuk segera masuk ke dalam rumahnya.

Dengan langkah pelan Mentari memasuki
rumah itu. Sungguh, ia begitu beruntung
dipertemukan dengan Bu Reni yang begitu baik padanya.

Mentari dibawa ke sebuah kamar yang
terletak paling ujung dalam rumah itu.

"Ini kamar yang akan kamu tempati, Mentari,"ucap Bu Reni sambil membuka pintu kamar berwarna coklat itu.

"Ibu akan mencari pakaian yang muat
untukmu. Kamu masuk saja ke dalam kamar." ucap Bu Reni masuk ke dalam kamar miliknya lalu mencari pakaian ntuk Mentari

"Akhirnya kita mendapatkan tempat untuk
tidur malam ini," ucap Mentari seraya mengusap perutnya.

Sudah beberapa hari belakangan ini ia selalu mengajak janin dalam perutnya bicara.

Walau Mentari tahu ucapannya tidak di dengar oleh janin yang masih berukuran biji kacang tanah itu.

"Mentari, lihatlah ibu membawakan pakaian untukmu. Sepertinya ini cocok untukmu." Tiba-tiba saja Bu Reni masuk ke dalam kamar dengan membawa beberapa lembar pakaian miliknya.

Mentari menatap pakaian yang Bu Reni bawa.

"Ini pakaian saat ibu muda dulu. Memang
ketinggalan zaman tapi masih bagus untuk
dipakai." Bu Reni menyerahkan beberapa lembar pakaian itu yang langsung di sambut oleh Mentari

"Terima kasih banyak, Bu.Aku benar-benar
berhutang budi dengan ibu."ucap Mentari

"Aish, jangan bicara seperti itu, ibu ikhlas
membantumu. Cepat ganti pakaianmu setelah itu cepat keluar dari kamar. Kita makan malam bersama,"ucap Bu Reni

Bu Reni Keluar kamar untuk menyiapkan makan malam.

Tinggal seorang diri di rumah ini membuat
ibu Reni tampak senang ketika Mentari menginap di rumahnya setidaknya ia tidak kesepian.

Bu Reni tersenyum lebar ketika melihat Mentari keluar dari kamar mengenakan pakaian yang ia berikan.

Sebuah dress tahun 2000-an yang tampak cocok Mentari kenakan.

Mata Ibu Reni menyipit melihat bagian perut Mentari

"Perutmu terlihat sedikit lebih bulat seperti
perempuan hamil," celetuk Bu Reni tanpa
sadar.

Pasalnya dress itu memang sedikit
ketat hingga menampakkan bentuk tubuh.

Langkah Mentari langsung terhenti ketika
hendak menghampiri Bu Reni, Matanya
langsung menatap perutnya.

Ibu Reni mengatakan sesuatu yang membuat Mentari diam mematung.

Mentari masih berdiri di tempatnya. la mengigit bibir bawahnya kelu. la takut kehamilannya akan diketahui Bu Reni.

Ketakutan terbesar Mentari ketika Bu Reni mempertanyakan pria yang sudah menghamilinya, ia bingung harus
jawab apa.

"Mentari! Ayo duduk." Bu Reni sedikit
mengeraskan suaranya membuat lamunan
mentari langsung buyar.

Dengan langkah ragu-ragu Mentari mendudukkan dirinya di kursi.

Di meja sudah tersedia dua piring nasi goreng dengan satu telur mata sapi setiap piringnya.

Keduanya mulai menikmati makan malam
tersebut, Mentari tampak sangat lahap
menghabiskan nasi goreng.

Bu Reni yang memperhatikan Mentari tampak iba melihatnya.

LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang