Part. 23✨

5.3K 333 85
                                    

Mentari sedang Berada di dalam kamar nya setelah Berbicara dengan Langit.

Novia Masuk kedalam Kamar Mentari

Mentari menghindar ketika Novia hendak mengompres bagian pipi Mentari.

Novia tampak tak tega melihat memar di wajah Mentari, Ia tak bisa membayangkan sekasar dan sekuat apa tuan Langit menekan kedua pipi Mentari

Novia tidak menyangka majikannya tersebut sanggup melakukan hal sekasar ini. Namun, ia sadar dengan emosi tuan Langit yang terkadang tak bisa dikendalikan bila sudah terpancing.

"Maaf jika saya lancang, apa yang sebenarnya yang terjadi sampai tuan Langit melakukan hal seperti ini pada kamu mentari" ucap Novia

Mentari tidak langsung menjawab, Mentari menghela napas panjang seolah mengurangi rasa sesak di dadanya.

"Bolehkah tinggalkan aku sendiri di kamar ini? Aku ingin menenangkan diriku. Kamu tidak perlu khawatir dengan keadaan ku, aku baik-baik saja," balas Mentari disertai senyuman tipis walau pipinya terasa sakit.

Novia menatap sejenak pada Mentari, Novia benar-benar kasihan dengan nasib Mentari.

Novia tidak tahu bagaimana perasaan Mentari setelah mahkotanya direnggut dan sekarang sedang hamil.

"Baiklah."ucap Novia

Novia berbalik dan melangkah keluar dari kamar Mentari lalu menutup kamar tersebut.

Air mata Mentari langsung meluruh setelah Novia keluar .

***

1hari Kemudian

Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba, Rumah megah yang menjadi kediaman Langit begitu ramai di datangi oleh para tamu undangan yang hadir.

Ruang tamu menjadi tempat acara pertunangan berlangsung. Beberapa menit lagi acara tukar cincin akan segera dilakukan dengan di saksikan banyak pasang mata.

Ruang tamu di Rumah megah itu dihias sedemikian rupa dan kini terlihat sangat elegan dan mewah. Tamu-tamu yang hadir kebanyakan dari rekan bisnis dan orang-orang penting.

Dari pihak keluarga Langit maupun Mawar sepakat hanya mengundang puluhan orang saja.

Seorang wanita yang mengenakan gaun biru tua dengan memakai Hijab nya menatap ke lantai bawah di mana semua orang tengah berkumpul.

Guratan wajahnya tidak ada kebahagiaan di sana kecuali hanya kemurungan. Mentari meremas kuat sisi balkon yang ada di dalam Rumah itu.

Setelah kejadian beberapa hari lalu, Mentari maupun Langit tak pernah bicara.

Lebih tepatnya Langit yang mendiamkannya. Langit selalu menghindar setiap berpapasan seolah enggan bersitatap dengan dirinya.

Mentari tampak melamun memikirkan sikap berbeda Langit yang sangat dingin.

Jujur, ia tidak nyaman hubungannya menjadi seperti ini dengan Langit, Walau hubungan mereka berdua tidak dekat tapi Langit masih sedikit memberikan perhatian tapi sekarang tidak ada lagi perhatian.

Apa semarah itu Langit padanya? Kini, lamunan Mentari buyar kala suara tepuk tangan dan riuh suara semua orang.

Mentari kembali menatap ke lantai bawah. Sorot mata Mentari langsung mengarah pada sosok Langit yang terlihat sangat tampan dan gagah dengan balutan Jas hitam.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang