Part. 35✨

5.8K 348 83
                                    

Usia 32 tahun adalah usia yang matang bagi seorang pria untuk melangkah ke jenjang pernikahan namun sepertinya itu tidak berlaku bagi pria yang kini tengah bertelanjang dada sambil menyesap rokok di temani sekaleng soda dingin.

Hembusan angin malam yang begitu menusuk ke pori-pori dan membuat sekujur tubuh meremang tidak berarti apa-apa bagi Langit yang menatap ke arah bangunan dan kepadatan jalanan kota.

Tatapan datar namun sorot matanya memancarkan kehampaan seolah kehidupan mewah yang ia jalani tak membuat ia bahagia bahkan tak berarti apa-apa.

Semenjak pertunangannya dengan Mawara batal dan setelah kepergian Mentari  , Langit tidak pernah dekat dengan wanita mana pun tapi lebih tepatnya memberikan jarak pada wanita-wanita yang ingin mendekatinya.

5 tahun sudah berlalu namun Langit masih berharap bisa menemukan Mentari.

Bahkan Langit merasa jiwanya begitu tersiksa dengan kerinduan yang takkan berkesudahan kecuali bertemu.

Langit sangat merindukan Mentari, Langit merindukan semua yang ada pada Mentari.

Ekor mata Langit bergerak ke samping ketika mendengar suara langkah kaki.

"Kamu dari mana saja Nando?" Pertanyaan yang  bersuara ketika tak mendapatkan balasan.

Nando berdehem lalu buka suara.

"Seharian ini aku pergi, karna ada urusan pribadi. Maaf tidak memberitahumu Lang."ucap Nando

Langit berbalik badan sambil membuang putung rokok ke bak sampah.

Nando menutupi hidungnya ketika pria itu menghembuskan asap rokok.

"Aku perhatikan beberapa bulan belakangan ini kamu selalu libur tanpa izin dariku. Walau Kamu orang kepercayaan ayah untuk menjadi Asisten ku dan Karena kamu juga temenku tidak seharusnya kamu mengambil cuti dan meninggalkan pekerjaan seenaknya!" tegur Langit terdengar pedas di telinga.

"Maafkan aku Lang."ucap Nando

"Bukan permintaan maaf yang ingin aku dengar tapi jangan melanggar aturan dalam perusahaan ini berulang kali. Aku bisa saja memecat kamu sebagai asisten pribadiku."ucap Langit

Nando menghela napas pelan berusaha tenang.

Ucapan Langit terdengar tak main-main. Pikiran gusar dan hati yang gelisah membuat Langit begitu mudah menyemburkan kemarahannya.

Beberapa tahun belakangan ini Langit mudah terpancing emosi dan lebih otoriter pada karyawan termasuk pada Nando

"Aku tidak akan libur dengan seenaknya lagi" balas Nando

Langit hanya diam lalu kembali menyalakan satu batang rokok.

Semenjak 5 tahun belakangan ini Langit menjadi perokok berat. Tiada hari tanpa rokok.

Nando menatap lekat pada Langit, sebenarnya ia merasa kasihan dengan Langit.

Mentari sudah mulai bahagia dengan kehidupan barunya bersama Akash.

sementara Langit tersiksa di sini seolah Langit mendapatkan karma dari apa yang pria itu lakukan di masa lalu.

"Kenapa melihatku seperti itu?" ketus Langit ketika menyadari tatapan lekat Nando.

Nando langsung mengalihkan pandangannya.

"Tidak usah menatap kasihan padaku. Aku benci tatapan itu!" sambung Langit lagi.

Semenjak ditinggal Mentari orang-orang di Rumahnya selalu menatap kasihan seolah ia pria yang sangat menderita dan patut dikasihani.

"Apa Kamu mendapatkan informasi terbaru tentang Mentari, Nan?" sela Langit cepat.

LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang