Part. 19✨

5K 286 46
                                    

Siapkan Tissue Kembali yuukk..
Jangan lupa Dengarkan Lagu Fabio Asher biar Membaca nya maakin Nyesek😭😭

****

Langit bersandar pada body mobil sambil menyesap rokok yang terapit diantara jari tengah dan telunjuknya.

Asap rokok yang berembus membuat Mentari menutup hidungnya. Mentari mendongak menatap Langit di sampingnya.

Langit menatap lurus ke arah jalanan yang dilewati para pengendara.

Langit tiba-tiba saja menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang minim rumah penduduk ataupun bangunan-bangunan seperti toko.

Langit melirik ke arah Mentari di sampingnya.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Langit menyadari tatapan Mentari

"Kapan kita pulang? Kenapa tiba-tiba Tuan menghentikan mobil di tempat seperti ini?"ucap Mentari

Mentari menatap sekitar yang tampak sepi hanya ada beberapa pengendara yang lewat dan satu lampu jalan menerangi tempat mereka berdua berdiri sekarang.

"Tunggu sebentar. Lebih baik kamu makan jajanan yang kamu beli tadi," titah Langit memerintah.

Mentari menatap ke arah dalam mobil yang terdapat satu kantong besar belanjaan yang berisi jajanan.

Bukan Mentari yang membeli belanjaan sebanyak itu tapi Langit, pria itu marah Karena Mentari membeli dua snack dan berakhir Langit sendiri yang memilihkan jajanan tersebut untuknya.

Mentari menghela napas pelan dan tak lama perutnya bergejolak kelaparan.

Mentari Melirik Kantong Kresek Berisi Belanjaan itu.

Mentari beranjak dari samping Langit lalu mengambil kantong belanjaan dalam mobil. Mentari kembali menghampiri Langit

"Ini," Mentari menyerahkan kantong plastik besar berisi belanjaan pada Langit

"Kenapa memberikannya padaku? Kamu makan jajanan yang barusan di beli tadi!"ucap Langit

Mentari mengerucutkan bibirnya, Dia mengambil salah satu cemilan kentang dan membuka bungkusnya.

Langit baru saja akan membuka mulut lagi untuk memerintah.

"Aku membeli soda, ambilkan di kantong belanjaan tadi."ucap Langit

Mentari menghela napas pelan, Tanpa ingin membantah ia mengambil barang yang Langit perintahkan lalu menyerahkannya.

Mentari mulai memakan snack kentang yang barusan ia buka.

Udara malam ini terasa dingin dan menusuk ke pori-pori.

Hembusan asap rokok milik Langit menerpa permukaan wajah Mentari, membuat dada Mentari terasa sesak ketika menghirup asap rokok tersebut.

Mentari menjauh dari Langit hingga berjarak membuat Langit yang tengah meneguk soda, kembali menoleh ke arah Mentari

"Kenapa menjauh?"ucap Langit

"Dada saya sesak menghirup asap rokok tuan"ucap Mentari

Langit yang mendengar itu terdiam sejenak namun setelahnya ia menjatuhkan batang rokok yang masih menyala itu lalu menginjaknya dengan sepatu hitam mengkilapnya.

Mentari yang melihat itu tertegun sesaat melihat pria itu menginjak batang rokok tersebut.

"Kenapa Tuan suka merokok?" tanya Mentari mulai memberanikan diri.

Langit menunduk menatap Mentari di sampingnya.

Mentari memang bertubuh pendek dan tinggi badannya hanya setinggi Bahu Langit Terlihat menggemaskan untuk Seumuran Mentari.

"Menghilangkan stres," balas Langit seadanya.

Sebenarnya ia tidak ingin membahas hal tak berguna seperti ini.

"Tapi merokok membahayakan. Merokok memang bisa menenangkan tapi efeknya hanya sementara, nikotin yang memberikan rasa tenang sesaat itu."ucap Mentari

"Lalu, aku harus menghisap apa bila bukan rokok? Bibirmu?" Ucapan frontal Lamgit membuat Mentari menutup bibirnya.

Mendadak wajah Mentari memerah dan rasa panas mulai menjalar ke seluruh wajahnya.

Langit tersenyum miring melihat reaksi wanita di sampingnya.

Hening, Tidak ada suara lagi dari keduanya. Namun, Mentari kembali membuka suara.

"Kan bisa diganti dengan permen. Tuan harus menyayangi diri Tuan. Jangan biarkan paru-paru Tuan rusak hanya karna mencari ketenangan dan menghilangkan stres dengan rokok," nasehat Mentari

Langit menukikkan alisnya tajam pada Mentari.

"Ternyata kamu lumayan bawel juga!"

Mentari menggeleng.

"Bukan bawel ataupun Cerewet, tapi saya peduli dengan Tuan."ucap Mentari

Langit mengusap-usap dagunya dengan tatapan yang terus menyorot ke arah Mentari.

"Jadi kamu peduli dengan ku??"ucap Langit

Mentari mengangguk, Pada siapapun Mentari pasti peduli apalagi tentang kesehatan.

Langit menghadapkan dirinya pada Mentari, Langit melangkah maju mendekati Mentari.

"Tu-tuan mau apa?" Mentari mundur beberapa langkah dengan perasaan was-was ketika Langit semakin mengikis jarak diantara mereka berdua.

Tatapan Langit tajam, Bagai burung elang yang menatap mangsanya.

"Kamu bilang merokok bisa diganti dengan permen?"ucap Langit dengan menaikan Aliss nya

Dengan cepat Mentari mengangguk.

"Tapi di sini tidak ada permen, aku ingin sekali kembali mengisap rokok?" ucap Langit dengan senyuman seringainya.

"Bagaimana diganti dengan bibirmu saja?"ucap Langit

Kedua mata Mentari membola sempurna mendengar hal tersebut.

Mentari langsung mengantupkan bibirnya. Sepertinya Mentari salah memberi nasehat pada Langit.

Mentari mundur menjauh dari Langit dan hendak melarikan diri namun Langit dengan gerakkan cepat menarik kembali pergelangan tangan Mentari

"Bukankah kamu peduli padaku, hmm?"ucap Langit

Langit merunduk dan hendak meraih bibir Mentari

"Jangan, Tuan..."ucap Mentari

Mentari berusaha menghindar dari serangan Langit Namun Langit merapatkan tubuhnya pada Mentari yang tidak bisa mundur lagi karna terhalang mobil.

Langit menangkup wajah Mentari hingga tatapan keduanya bertemu.

Matanya menatap bibir Mentari yang tampak gemetar ketakutan bahkan wajah Mentari berlumuran keringat.

Tiba tiba Langit Mencium Bibir Mentari dan Melumatnya..

Namun ketika Langit Memperdalam Ciuman nya.

Mentari kehabisan Nafas, dan Mendorong Dada Langit.

"Maaf  Tuan" ucap Mentari

Beberapa menit dalam posisi seintim itu, Langit juga menjauhkan dirinya dari Mentari karena Kesal.

Langit berdecih.

"Tidak usah peduli ataupun ikut campur urusanku!! Ingat, kamu bukan siapa-siapa. Bahkan sangat mudah menyingkirkanmu dalam hidupku!" ucap Langit dengan sarkas.

Deggg

Mentari tertunduk dalam mendengar ucapan Langit , Setelah dibuat ketakutan dengan perlakuan Langit sekarang Mentari dibuat merasakan sesak di dadanya.

Namun, apa yang Langit ucapkan memang benar, Mentari hanya orang asing dan tak sepatutnya ikut campur urusannya, Tapi salahkah kalau Mentari peduli?















Huaaaaa... Mentari Nyesekk.. Sini pelukkk😭😭


Kua Banget sih Mentari


Gas lagi gaa sih...

LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang