Part. 22✨

5.1K 296 42
                                    


Setelah dari restoran ketiganya langsung pulang ke Rumah mewah itu.

Langit tidak bisa berlama-lama menemani Mawar karna harus mengurus pekerjaannya di perusahaan.

"Mentari , kakinya mau saya pijit?" tawar Novia ketika melihat Mentari memijit-mijit kakinya.

Mentari menggeleng disertai senyuman tipis.

"Tidak usah, Novia. aku hanya pegal aja. Sekarang badanku mudah sekali merasa lelah."ucap Mentari

"Itu karna Kamu sedang hamil. Efek hamil itu membuat badan jadi cepat lelah saat
melakukan aktivitas."ucap Novia

"Begitu, ya?"ucap Mentari

Novia mengangguk.

"Mentari, kamu mau mandi? Nanti saya siapkan air hangat untuk kamu"ucap Novia

"Tidak usah, Nov. Aku bisa sendiri. Aku juga tidak ingin terus merepotkan kamu."ucap Mentari

"Saya tidak merasa direpotkan apalagi tuan Langit sudah menugaskan saya untuk terus menemani kamu dan memberikan apapun yang kamu minta."ucap Novia

Mentari menghela napas pelan, Mentari mengulum bibirnya. Jujur, ia sangat tidak betah berada dalam Rumah ini.

Mentari merasa terpenjara dalam Rumah yang megah ini. Mentari ingin kembali ke kehidupannya yang seperti dulu, menjalani kehidupan sebagai mestinya.

"Novia?"panggil Mentari

"Iya, Mentari?Apa kamu membutuhkan sesuatu?"tanya Novia

Mentari mengangguk dengan tatapan yang tampak redup.

"Nov apa kamu bisa bantu aku keluar dari Rumah ini?"ucap Mentari

Pupil mata Novia membesar mendengar permintaan Mentari.

"Hanya sebentar, aku ingin melihat keadaan adikku setelah itu aku akan kembali lagi ke sini," sambung Mentari penuh harap. Ia sangat merindukan adikya.

"Maaf Mentari untuk permintaan yang ini saya tidak bisa mengabulkan. Tuan Langit akan marah besar jika saya membiarkan kamu keluar dari Rumah ini."ucap Novia

Mentari tertunduk dengan sorot kesedihan yang kentara.

Novia merasa kasihan melihat kesedihan yang terbingkai di wajah Mentari, Novia benar-benar tidak berani melanggar aturan tuan Langit.

"Kalau begitu saya permisi. Jika kamu membutuhkan sesuatu langsung panggil saya."ucap Novia

Setelah berpamitan Novia segera keluar dari kamar.

Mentari menatap sendu pada pintu yang kini sudah tertutup rapat.

"Aku sangat merindukan Bila adikuu." Suara Mentari terdengar serak dan lirih.

Sepertinya di Rumah ini tidak ada satu orang pun yang ingin membantunya.

Mereka semua sangat patuh pada Langit hingga tak berani melanggar aturan pria itu. Padahal ia hanya ingin menemui adiknya setelah itu ia akan kembali lagi. Andai malam itu tidak terjadi dan Mentari tidak hamil mungkin skrg Mentari sedang berkumpul dengan adiknya.

****

Angin malam berhembus menerpa permukaan wajah seorang pria.

Langit malam ini terlihat begitu indah dengan taburan bintang dan sinar rembulan. Helaan napas panjang terdengar dari Langit.

Langit kembali menyesap rokok di jarinya sambil memandangi langit malam. Langit duduk di kursi yang ada di balkon dan sesekali meminum kopi panas yang baru saja diseduh.

LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang