Part. 3✨

6.7K 312 11
                                    

Sepanjang menyusuri jalanan aspal, Mentari tampak melamun dengan sorot mata penuh kekosongan.

Raut wajahnya tampak cemas bercampur takut. Setelah keluar dari Rumah mewah itu, Mentari diliputi kecemasan. Meskipun begitu , Mentari harus melakukann apapun yang pria itu inginkan sebagai imbalan atas uang yang diberikan.

"Woy! Jalan itu pakai mata! Hampir saja tertabrak!" Teriakan seorang pengendara sepeda motor yang me nge rem mendadak kala Mentari berjalan terlalu ke tengah.

Mentari terkejut. Ia menatap mengendara motor yang kembali melanjutkan perjalanannya setelah menyemburkan kemarahan.

"Fokus Mentari Fokus" Ia menepuk-nepuk kedua pipinya pelan. Terlalu memikirkan masalah ini membuat ia tidak fokus dan hampir tertabrak. Bahkan kepalanya terasa pusing dan ingin meledak.

Mentari mengusap wajahnya kasar lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk kembali ke rumah sakit. Yaa, beberapa malam ini ia menginap di rumah sakit.

Dirumah Sakit

"Dokter Daniel! Kapan adik saya di operasi?" tanya Mentari ketika tak sengaja berpapasan dengan dokter Daniel di lorong rumah sakit.

"Secepatnya, Mentari. Tapi apa kamu sudah ada uangnya?" Dokter itu balik bertanya.

Mentari mengangguk.

"Iya. Aku sudah menyiapkan uangnya."ucap Mentari

Dokter Daniel itu mengangguk.

"Baguslah. Karna untuk operasi transplantasi paru-paru membutuhkan uang sekitar 70 juta." Ucap Dokter Daniel

"70 juta dok? Aku hanya memiliki uang 50 juta. Apa tidak bisa kurang, Dok?" balasnya tampak begitu terkejut dengan nominal yang disebutkan dokter Daniel.

"Tidak bisa Mentari. Biaya operasi untuk transplantasi paru-paru biayanya memang sangat mahal. Jadi tidak bisa di tawar. Saya harap kamu segera mencari tambahan uang agar adikmu segera menjalani operasi." Ucap Dokter Daniel

Kedua kaki Mentari terasa lemas. Tatapan matanya tampak bergulir. Ke mana lagi ia mencari uang untuk menambah kekurangan biaya operasi adiknya.

Mentari tampak kebingungan mencari sisa uang yang harus ia tambah. Sementara dokter Daniel sudah beranjak dari hadapan Mentari.

"Ke mana aku harus mencari uang untuk menambah uang operasi, Bila adikuu.." lirihnya.

Namun, sekelibat terlintas dalam pikirannya untuk kembali meminjam uang pada pria itu lagi.

"Apa aku meminjam lagi uang pada laki-laki itu? Hanya dia harapanku."ucap Mentari

***

Sementara di sepanjang perjalanan dalam mobil , Langit tampak tertawa ringan membuat Nando mengernyitkan keningnya heran.

"Apa yang kamu tertawakan?"ucap Nando temen sekaligus Asisten nya

Mendengar pertanyaan Nando membuat Langit menghentikan tawanya.

"Ekm ... tidak apa-apa. Hanya menertawakan perempuan yang tadi pagi datang ke Rumah."ucap Langit

Nando yang tengah menyetir mobil menyipitkan matanya dengan tatapan mengintimidasi dari kaca spion dalam mobil.

"Awas saja kamu berbuat macam-macam dengan perempuan itu, Lang. Aku selalu tahu apa yang kamu pikirkan. Aku bisa melihat perempuan itu terpaksa melakukan hal itu. Lebih baik kamu anggap pinjaman saja," ucap Nando.

Langit tampak mengidikkan bahunya tak memperdulikan ancaman Nando.

Langit merogoh saku celananya mengeluarkan ponsel miliknya yang berlogo iPhone. Suasana dalam mobil itu kembali hening hanya suara deru halus mesin mobil.

LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang