Part. 10✨

5.7K 277 22
                                    

Mentari mengkerutkan keningnya ketika merasakan hawa dingin yang membuat tubuhnya sedikit mengigil.

Perlahan ia membuka matanya, pandanganya tampak kabur namun perlahan semuanya terlihat jelas. Ia menatap langit-langit kamar yang tampak asing baginya.

Perlahan Mentari bangun dari kasur tempat ia berbaring sekarang. Mentari mengedarkan pandangan matanya ke setiap sudut kamar yang didominasi warna abu-abu. Kamar ini begitu luas dan mewah.

"Kenapa aku ada di sini?" gumamnya kebingungan.

Dengan badan yang terasa lemas Mentari bangkit dari kasur. Sambil melangkah ke pintu keluar kamar, Mentari berusaha mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi tapi semakin ia berusaha mengingatnya yang ada kepalanya semakin pusing.

Mentari memutar handel pintu. Keningnya mengkerut kala melihat bagian luar kamar yang tak asing, ia seperti pernah ke sini. Ia melangkah mendekati bagian balkon dalam Rumah tersebut.

Matanya menatap ke lantai bawah di mana para pelayan tengah sibuk mengerjakan tugasnya. Dan matanya tertuju pada Novia yang tengah bicara dengan Raisa sesama pelayan.

"Kenapa aku ada di Rumah ini, Langittt?"ucap Mentari

Mentari tampak terkejut ketika tahu dirinya tengah berada di Rumahnya Langit.

Ia mulai mengingat yang sebelumnya terjadi sampai berakhir di tempat ini. Mentari melangkah mundur,  Mata Mentari membulat sempurna ketika melihat sosok pria yang selama ini ia hindari dan kini berdiri tepat di depan matanya.

"Mau ke mana?" tanya Langit berdiri tegap di hadapan Mentari

"A-apa maksud Tuan membawa saya ke sini? Bukankah urusan kita sudah selesai? Saya sudah menepati janji untuk pergi sejauh mungkin dari Anda!" balas Mentari mendongak menatap pria di hadapannya yang lebih tinggi darinya.

Langit sedikit memajukan wajahnya pada Mentari yang refleks langsung mundur beberapa langkah.

"Iya, aku memang ingin kamu pergi jauh dariku. Tapi situasinya sekarang kamu sedang hamil. Aku ingin memastikan anak yang kamu kandung benar-benar anakku atau bukan! " ucap Langit

Suara Mentari tercekat ditenggorokan mendengar ucapan Langit.

Mentari mengira Langit tidak akan peduli dengan kehamilannya bahkan berpikir bahwa Langit tetap mengelak anak yang ia kandung darah dagingnya.

Sepertinya Langit takut ia membohonginya.

"Selama kamu hamil, kamu akan tinggal di sini sampai hasil tes DNA keluar. Bila anak yang kamu kandungan terbukti anakku, aku akan bertanggungjawab tapi jika bukan ... " Langit semakin memajukan wajahnya membuat Mentari membuang muka.

"Kamu akan menerima akibatnya Mentari!!" sambung Langit tersenyum menyeringai.

Perlahan Mentari memberanikan diri menatap manik hitam kelam Langit.

"Untuk apa melakukan tes DNA? Jelas-jelas anak yang saya kandung darah daging Anda sendiri!"ucap Mentari

Mentari sangat tersinggung dengan ucapan Langit yang seperti menganggap ia wanita murahan yang bisa tidur dengan pria manapun hingga berpikir anak yang ia kandung bukan anaknya.

"Kita tidak bisa menebak sifat asli seseorang termasuk sesuatu yang dia sembunyikan. Dan bisa saja itu bukan anakku," balas Langit seraya melirik perut Mentari

Mentari menggeleng kuat. Ia melangkah mundur menjauh dari Langit.

Namun, sepertinya isi pikiran Mentari begitu mudah dibaca oleh Langit ketika Mentari tiba-tiba saja berlari menjauh dari Langit.

LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang