Part. 8✨

5.4K 279 27
                                    

Sebulan berlalu...

Tak terasa sudah satu bulan Meentari meninggalkan kota yang merupakan tempat kelahirannya. Bukan karna takut dengan ancaman Langit, ia juga ingin melupakan semua masalah yang sudah menimpanya.

Bahkan sudah satu bulan berlalu namun Mentari tidak benar-benar melupakan kejadian pahit itu, seolah sudah melekat di kepalanya.

Namun, ia sedikit merasa tenang dan tak merasa tertekan seperti awal-awal kejadian pedih itu. Mentari juga memilih untuk mengambil cuti kuliah.

Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak ingin banyak mengeluaran yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keduanya dan membayar uang sewa rumah.

Ia juga tidak memperbolehkan adiknya bekerja bahkan Mentari juga tak menggunakan cek yang Langit berikan.

Mentari hanya menyimpan cek itu. Dan sekarang Mentari bekerja sebagai pelayan Cattering , Beruntung ia mendapatkan pekerjaan setelah dua minggu pindah ke kota ini.

"Mentari, kamu tawarkan minuman ini pada para tamu. Hati-hati membawanya," ucap Anggis memperingatkan.

Mentari mengangguk lalu membawa nampan besar yang berisi minuman Jus Jus yang akan ia tawarkan pada tamu undangan.

Kebanyakan tamu yang hadir orang-orang penting dan sering muncul di televisi. Lebih tepatnya pesta ini dihadiri para pembisnis besar yang ada di negara ini.

"Silahkan minumannya, Tuan, Nyonya." Mentari menawarkan minuman pada setiap tamu yang datang.

Mata coklat itu tak henti-hentinya berdetak kagum dengan dekorasi pesta yang sangat mewah. Ini pertama kalinya ia melakukan pelayanan Cattering dipesta sebesar ini.

"Minumannya tidak ada yang hangat?" pertanyaan seorang pria membuat Mentari tertegun dari kekagumannya.

"Tuan ingin minuman yang hangat? Akan saya ambilkan," ucap Mentari

"Tidak perlu, ini saja." Pria itu meneguk minuman jus berwarna merah itu.

"Sudah lama bekerja menjadi pelayan seperti ini?" tanyanya memperhatikan penampilan Mentari dari atas sampai bawah.

"Aku baru bekerja sebagai pelayan selama seminggu."ucap Mentari

"Benarkah? Padahal menampilan dan wajahmu sangat menarik."ucapnya

Mentari tersenyum kaku merespon ucapan pria itu. Ia mengalihkan pandangan matanya ke arah lain.

"Berapa umur mu?" tanya pria itu lagi.

"23 tahun. Kalau begitu saya permisi." Mentari memilih menjauh dari pria asing yang merupakan bagian dari tamu tersebut.

Ia tak nyaman terus-menerus ditodong pertanyaan apalagi tentang kehidupan pribadinya.

Mentari kembali menawarkan minuman yang dibawanya di dekat pintu masuk kepada para tamu undangan.

Pandangan Mentari terbelalak melihat suasana pesta yang semakin ramai didatangi para tamu.

Namun pandangan Mentari terhenti pada sosok pria yang ia kenali.

"Jangan sampai ada darah saya dirahim mu!!!!."

Ucapan pria itu langsung terngiang-ngiang di telinga Mentari. Ia melangkah mundur dan memilih untuk menyembunyikan dirinya dari Langit yang juga menghadiri pesta ini.

"Kenapa dia ada di sini?"ucap mentari pelan

Mentari berbalik badan, memilih menghindar dan menjauh dari Langit. Ia tidak ingin melihat maupun bertemu dengan pria itu lagi

Setelah berjalan beberapa langkah, tiba-tiba pandangan Mentari kabur dan kepalanya tiba-tiba terasa sangat pusing. Dan...

Prengggg

LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang