Part. 2✨

6.9K 326 6
                                    

Senyuman kebahagiaan mengembang di wajah Mentari, kesedihan yang sebelumnya terbingkai di wajahnya langsung sirna.

Mentari begitu erat memeluk tas hitam yang berisi begitu banyak uang. Dan ia berharap adinya akan sembuh setelah menjalani operasi.

"Suster,,, susterrr"

Mentari berteriak kala melihat salah satu suster keluar dari ruang rawat adiknyaa. mentari menghampiri suster tersebut yang menghentikan langkahnya.

"Suster, di mana dokter DanielAku sudah mempunyai uang untuk operasi adikku," ucap Mentari seraya memperlihatkan uang di tas ransel hitam miliknya.

Suster itu tersenyum.

"Dokter Daniel belum datang. Tapi saya akan menyampaikan tentang hal ini." Ucap Suster

"Baiklah."ucap Mentari.

"Kalau begitu saya permisi." Suster itu berlalu pergi dari hadapan Mentari

Kini, Mentari melangkah masuk ke dalam ruang rawat sang Adik. Wajah Mentari langsung mendung menatap Adiknya terbaring lemah di atas brankar dan belum sadarkan diri.

"Bil, sekarang kaka sudah punya uang untuk operasi kamu. Semoga kamu tidak sakit lagi ya setelah operasi."ucap Mentari


***

Dilain tempat.

Pria berusia 27 tahunan itu melepaskan jas hitam yang melekat di tubuhnya lalu melempar ke arah Nando yang dengan sigap menangkapnya.

Nando mendumel kesal. Hidup dengan gelimang harta dan selalu dimanja sejak bayi membuat Nando bersikap arogan dan keras kepala. Selalu membenarkan apapun yang ia lakukan demi kesenangan pribadi.

"Sudah kamu siapkan air hangat di bath up?" tanya Langit pada salah satu pelayan pria yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya.

"Sudah Tuan, semuanya sudah saya siapkan. Malam ini Tuan ingin makan menu apa?" Ucap pelayan Pria itu

Langit mengibas-ngibaskan tangannya.

"Tidak perlu, saya sudah kenyang. Cukup antarkan secangkir kopi panas ke kamar saya, Hari ini saya lembur!" Ucap Langit

Pelayan pria itu mengangguk patuh.

"Baiklah Tuan, kalau begitu saya permisi."ucapnya.

Setelah kepergian pelayan tersebut Langit masuk ke dalam kamar. Ia segera menanggalkan pakaian yang melekat di tubuh kekarnya.

Langit bernapas lega dengan begitu nyaman kala tubuhnya berendam di air hangat. Seharian sibuk dengan rutinitasnya membuat tubuhnya terasa penat dan lengket.

Langit memejamkan matanya merasakan air hangat membalut tubuh atletisnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi pria itu untuk berolahraga setiap paginya termasuk gym, membuat tubuh Langit begitu proporsional dan berbentuk.

Namun, tak lama mata Langit kembali terbuka. Ia teringat dengan wanita itu yang ia pinjamkan uang. Seharusnya wanita itu, segera datang ke alamat Rumah nya, Langit tidak sebaik itu memberikan uang secara cuma-cuma meski tersirat kasihan.

Sekitar 20 menitan Langit keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan badannya. Aroma harum shampo yang Langit kenakan menguar dalam kamar megah tersebut.

Tampak dalam kamar yang didominasi warna abu-abu tersebut seorang pelayan pria menyiapkan pakaian yang akan Langit kenakan. Bahkan sekecil apapun, pelayan harus ikut campur termasuk dalam menyiapkan pakaian untuk sang tuan muda yang sudah terbiasa hidup serba ada.

Langit terus memikir kan Wanita itu

Langit terdiam sejenak. Raut wajahnya tampak menyiratkan sesuatu.

LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang