Part. 12✨

6.3K 287 31
                                    

Langit bangkit dari sofa lalu kembali ke kamarnya di lantai atas. Langkah Langit terhenti kala melewati depan kamar Mentari.

Langit melangkah mendekat lalu tangannya terulur memutar handel pintu kamar yang ditempati Mentari, ia sedikit penasaran dengan keadaan wanita tersebut.

Saat pintu terbuka yang Langit lihat Mentari tampak tenang berbaring di kasur dengan handuk kecil yang sudah dibasahi dengan air dingin lalu diletakkan di keningnya. Sepertinya wanita itu tertidur.

Melihat keadaan Mentari yang tampak baik-baik saja Langit kembali menutup pintu kamar itu, sebelum pintu kamar tertutup rapat.

Suara barang jatuh membuat pergerakan tangan Langit terhenti. Ia kembali membuka pintu kamar itu lebar dan melihat Mentari tiba-tiba bangkit dari kasur lalu berlari ke arah kamar mandi.

Handuk kecil yang menempel di kening Mentari terjatuh ke lantai.

Huekkkkk

Mentari kembali memuntahkan lendir bening dari dalam mulutnya. Rasanya cairan dalam tubuhnya terkuras habis karena muntah terus-menerus sedangkan yang dikeluarkan hanya lendir bening.

Mentari tersentak ketika merasakan sentuhan hangat ditengkuknya yang dipijit begitu lembut.

Meskipun begitu ia tampak tak memperdulikannya. Sekitar beberapa menit, rasa mual itu sedikit berkurang.

Mentari membasuh wajahnya yang tampak pucat. Ia tidak tahu kenapa tubuhnya selemah ini setelah hamil.

"Akh!"

Mentari berteriak histeris bahkan hampir jatuh terjengkang bila pinggangnya tidak direngkuh begitu erat.

Mata Mentari melotot kaget ketika mendapati Langit sudah berdiri dibelakangnya saat ia berbalik badan.

"Ke-kenapa Tuan ada di sini?" ucap Mentari tersendat-sendat. Ia melirik tangan Langit melingkar di pinggangnya.

"Seharusnya saya yang bertanya, apa setiap hari kamu selalu mual?" langit balik bertanya.

Sedari tadi ia memperhatikan Mentari begitu lemas setelah memuntahkan cairan dalam tubuhnya.

Kini, mata Langit menelisik penampilan Mentari. Dan ia baru menyadari badan wanita tersebut terlihat sangat kurus. Bahkan tampak tak menarik di matanya.

Bagian bawah mata yang menghitam dan wajah yang pucat. Sangat berbeda sekali saat pertama kali bertemu dengan wanita itu sebelumnya.

Mentari mengangguk lemah, mengiyakan perkataan Langut. Bagaimanapun, situasinya sekarang seperti ini.

"Tuan bisa melepaskan saya?" ucap Mentari seraya melirik tangan Langit yang masih setia melingkar di pinggangnya.

Mendengar itu Langit buru-buru melepaskan rengkuhannya. Mendadak suasana menjadi canggung.

"Sekarang cepat keluar, kamu sudah tidak mual lagi' kan?"tanya Langit

Mentari mengangguk dan segera melangkah keluar dari kamar mandi tapi tiba-tiba ia kakinya terpeleset karna lantai yang basah.

Namun, dengan cepat Langit langsung menangkap tubuh ringkih itu dalam pelukannya sebelum tubuh Mentari menghantam lantai dan itu membuat posisi mereka berdua sangat dekat.

"Kenapa kamu sangat ceroboh sekali. Bagaimana kandunganmu kenapa-kenapa!" Langit tampak mengomel penuh kekesalan sementara Mentari diam seribu bahasa.

Mendadak kedua kaki Mentari terasa lemas dengan posisinya dalam pelukan Langit, Mentari bisa mendengar detak jantung pria itu dengan jelas dan aroma maskulin yang begitu candu.

LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang