Part. 24✨

5.7K 353 56
                                    

Tubuh Mentari menggigil kedinginan di tambah udara malam yang terasa menusuk ke pori-pori.

Dengan tatapan sayunya Mentari menatap sekitar di mana semua orang menatap ke arahnya.

Sadar dengan arah pandang Mentari, Langit menyembunyikan wajah Mentari dalam pelukannya lalu mengangkat tubuh Mentari dalam gendongan.

Mentari mengalungkan kedua tangannya dengan erat di batang leher Langit yang kokoh. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Langit.

"Langit, sebaiknya kamu ganti pakaianmu. Biar Nando yang mengantar Mentari ke kamar," ucap Bundanya mendekat pada sang putra.

Wanita paruh baya itu menatap sejenak pada Mentari.

Langit menggeleng.

"Tidak perlu, biar aku yang mengantar Mentari ke kamar."ucap Langit

Tanpa menunggu balasan dari Bundanya, Langit melangkahkan tungkai panjangnya meninggalkan kolam renang yang begitu banyak orang di sana.

Langit mendekap erat tubuh Mentari dalam gendongannya dengan perasaan yang hanya Langit sendiri yang tahu.

Kedua tangan Mawar terkepal kuat hingga kuku-kukunya memutih.

Rahangnya mengeras dengan sorot mata yang menajam. Kebencian semakin kuat tertanam dalam dada Mawar, Kenapa harus gagal dan kenapa Langit harus muncul saat ia berharap Mentari akan Lenyap

Bundanya memperhatikan perubahan raut wajah Mentari.

Bundaanya sangat tahu apa yang Mawar rasakan sekarang.

Tapi Bundanya juga bisa melihat Langit tampak sangat panik dan khawatir pada kondisi Mentari.

Kepanikan Langit terlihat sangat berbeda seolah Mentari seperti barang yang sangat berharga yang putranya miliki.

Sepanjang melangkahkan kakinya menuju ke lantai atas semua mata mengarah pada Langit dengan penuh tanda tanya dalam dada termasuk wanita yang Langit endong sekarang.

Mentari hanya bisa diam dan menyembunyikan wajahnya dalam ceruk leher Langit.

Langit dengan hati-hati meletakkan badan Mentari di atas kasur namun Mentari semakin mengeratkan pelukannya pada Langit.

"Na-nanti kasurnya basah," ucap Mentari mengerjapkan matanya.

Seulas senyum tipis timbul di bibir Langit dan Mentari melihat itu.

"Tidak usah di pikirkan masalah itu. Berbaringlah."ucap Langit

Tanpa ingin membantah perlahan Mentari melepaskan lilitan tangannya pada Langit. P

Langit melirik ke belakang di mana Novia sudah berdiri di sampingnya.

"Ganti semua pakaian Mentari, Dan jangan biarkan dia keluar dari kamar kalau perlu kamu jaga dia," perintah Langit.

Novia mengangguk patuh.

Langit  berbalik badan dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar Mentari namun suara parau Mentari menghentikan langkahnya.

"Apa Tuan masih marah dengan ku? Kalau masih marah aku minta maaf..."ucap Mentari

Mentari menundukkan kepalanya seolah menyesal.

Langit hanya tersenyum tipis tanpa berniat melihat ke arah Mentari, Langit keluar dari kamar Mentari, Dan mentari menatap nanar dengan kepergian Langit

"Sekarang kmu ganti pakaian lebih dulu. Setelah itu istirahat."ucap Novia

Tidak ada jawaban dari mulut mentari matanya terus menyorot ke arah pintu.

Sementara langit masuk ke dalam kamar miliknya untuk mengganti pakaian.

LANGIT DAN MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang