CHAPTER 20

46.3K 3K 72
                                    

Eyang yang tak sengaja mendengar obrolan Malik dan Nola menyunggingkan senyum rasa syukurnya. Tak sia-sia ia berdoa siang malam jika berakhir Tuhan mengabulkan semua harapan. Nola berhak bahagia. Lagipula tidak selamanya perempuan renta itu selalu sehat dan terus panjang umurnya.

Tak ingin kehadirannya mengganggu pembicaraan intens mereka, Eyang memilih melangkah mundur kembali ke dapur sana.

Sementara di ruang tamu, Nola dan Malik masih bercakap-cakap serius. Kini giliran Nola yang membahas sesuatu.

"Bukan saya yang upload video tersebut, Nola. Bahkan saya nggak sadar kalau sedang direkam."

Bantahan lelaki itu yang tak mengerti persoalan video, menyisakan kernyitan bingung di dahi Nola. Lantas bagaimana ceritanya video itu tersebar luas begitu saja?

Sejenak keduanya bungkam, benak Malik berputar pada seseorang. Semua aktivitas yang ia lakukan lebih seringnya bersama Agam. Apa mungkin, itu kerjaan asistennya? Tapi buat apa? Padahal dia paling anti muncul di berbagai media.

"Saya rasa, Agam pelakunya. Asisten saya memang tak jarang sulit ditebak kelakuannya."

Nola mengangguk ragu, toh, bukan urusannya perihal siapa yang merekam. Tapi tak bisa dipungkiri, dampak video tersebut membanjiri kedai akan rezeki.

Melihat Nola bungkam seolah tengah berpikir keras, Malik memandang lekat. "Apa video tersebut mengganggu kamu?"

Meskipun sudah melihat sekilas video singkat itu, Malik tetap khawatir jika Nola merasa risih. Walaubagaimanapun, logo usaha Nola terekam jelas, takutnya terkena imbas.

"Bukan mengganggu, lebih tepatnya karena video Mas yang lagi makan martabak, viral. Dan akibatnya kedaiku jadi kebanjiran orderan," jelas Nola tersenyum sungkan.

Malik terkekeh kecil, sebenarnya pengakuan mantan istrinya terdengar berbelit.

"Saya mengerti kamu akan mengatakan terimakasih, Nola. Santai aja. Syukur alhamdulillah jika video tersebut membawa manfaat bagi kamu."

"Sepertinya sepulang dari sini, saya akan beri Agam beberapa bonus," imbuh Malik. Dalam hati, ia berseru senang karena perbuatan Agam benar-benar menguntungkan.

Mendengar kata bonus, mendadak Nola mengusap lengan dengan gerakan canggung.

"Apa Mas juga mau bonus? Anggap saja balas jasa dari aku."

Pria itu secepatnya menggeleng tegas. "Itu rezeki kamu, saya hanya perantara."

Nola menarik napas lega, sebetulnya kalaupun Malik menerima, jujur ia bingung ingin memberi apa. Jika uang, duit Malik tentu lebih banyak darinya.

"Tapi, kamu boleh memberi saya bonus berbentuk waktu."

Ekspresi Nola berubah kaget.

Menyaksikan raut wajah lucu Nola, pria itu tersenyum tipis. "Maksud saya, jika bonus pergi jalan berdua, saya dengan senang hati menerima."

Spontan Nola memutar bola mata, pintar juga mantan suami mencari celah darinya.

Sedikit tak rela, Nola mengiakan permintaan si pria. "Oke, jadi kapan?"

Terkejut wanita itu tak menolak justru kelihatan santai tanpa ada keluhan, jantung Malik tiba-tiba berdebar. Tolong ingatkan dia meminta Agam untuk mencari alamat tempat kencan.

"Malam nanti saya akan kabari kamu."

Sedikit menyesal karena tak sengaja melihat seringai menggoda sang mantan. Nola memasang senyum kaku. "Oke, nanti malam."

Merasa sudah terlalu lama bertandang, Malik melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan.

"Di mana, Eyang? Saya izin pamit pulang."

Let It Flow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang