Kepulan asap beserta tumpukan puntung rokok tampak menumpuk di dalam asbak. Gelas-gelas bekas kopi terjejer rapi di saat sang pemilik masih sibuk mengisap batang yang ujungnya membara. Sementara Agam hanya bisa pasrah menyaksikan kegalauan Malik yang sejak pulang menampilkan ekspresi gundah gulana.
Sekarang waktu telah menunjukkan pukul 12 malam, Agam jelas terpaksa menemani sang atasan sejak pukul sembilan malam. Astaga! 3 jam sudah dia menggigil akibat embusan angin malam. Tak hanya tubuhnya yang kedinginan, punggung Agam rasanya kaku dan pegal akibat terlalu lama duduk di kursi balkon luar.
Sesaat terjadi keheningan dengan pemandangan mobil lalu lalang di bawah. Suara Agam mendadak terdengar menyudahi suasana kegelapan.
"Bapak yakin mau habiskan satu bungkus rokok dalam 3 jam?" tanya Agam berakhir mengeluarkan jurus andalan.
Perlahan Malik menoleh, gerakan menyulut ujung rokok menggunakan korek pun terhenti. Sedikit tersentil mendengar teguran pria kurus itu.
"Saya pusing," jawabnya singkat, lalu kembali melanjutkan menyalakan korek.
Tak kehabisan akal, Agam berdehem dengan mimik wajah serius. "Menurut BKKBN, merokok bisa mempengaruhi kualitas sperma sama kesuburan pria lho, Pak."
Melihat bosnya tak juga mengindahkan, Agam menghela napas panjang. Sulit sekali mengambil perhatian sang atasan.
"Maaf-maaf nih, ya, Pak. Bapak kan umurnya sudah nggak muda lagi. Tahun ini Bapak juga berencana mau punya istri. Saran Saya, kalau bisa Bapak berhenti. Seandainya Bapak beneran jadi nikah sama Mbak Nola. Nanti, Bapak gampang menghamilinya," papar Agam panjang lebar, juga penuh sirat pengertian. Bagaimana tidak, sebagai asisten tampaknya ia begitu memperhitungkan perihal masa depan sang atasan. Luar biasa bukan?
Penjelasan Agam rupanya menyinggung perasaan Malik. Berani-beraninya pria itu lancang membahas mengenai keperkasaannya. Saking tak sukanya, Malik berakhir menjentikkan puntung rokok yang masih tersisa setengah ke dalam asbak lalu mematikannya.
Agam yang menyaksikan pergerakan tersebut spontan bersorak dalam hati. Yes! Pancingannya berhasil!
"Kamu meremehkan Saya, Gam? Kamu kira, kamu lebih perkasa dari Saya?!" Malik memandang kesal. Sedangkan, Agam seketika menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kenapa malah bahas keperkasaan?
"Sudah tahu Saya pusing! Bukannya bantu cari solusi, kamu malah membahas hal seperti ini!"
Lagi-lagi mendapat semburan amukan, Agam terdiam segan. Beginilah jadinya jika mengusik sang tuan.
Beberapa detik kemudian tak lagi melihat tanda-tanda Malik kembali menyemburkan omelan, Agam memberanikan diri memandang, lalu mengatakan penuh kehatian. "Saya hanya nggak mau melihat Bapak kebablasan. Mengenai perkataan Saya yang tentang rokok dapat memengaruhi kualitas sperma, itu ada faktanya. Kalau ragu, Bapak boleh cek Google atau supaya lebih meyakinkan langsung saja Bapak tanya dokter."
Seketika Malik berdecak sekaligus merasa aneh sebab, kembali mendapat berbagai nasihat dari Agam. Untuk menutupi rasa rendah diri, ia memilih meraih gelas kopi yang masih tersisa isinya, kemudian meneguknya.
Agam yang memperhatikan tingkah laku Malik, hanya bisa tersenyum tipis. Merasa lega, bosnya tak lagi memperlihatkan ekspresi murka.
"Sekarang Bapak boleh cerita. Apa-apa saja yang mengganggu sampai bisa buat Bapak pusing kepala," kata Agam dengan raut bersahabat
Sejenak, Malik menghembuskan napas berat sambil menaruh gelas ke meja. Otaknya kembali berputar mengenai pembicaraan menegangkan pada Eyangnya Nola.
"Saya belum sempat ketemu Nola," ungkap Malik tiba-tiba. "Pagi itu, Saya hanya bertemu Eyang. Saya memang dipersilakan masuk, hanya saja saat mendengar sebuah permintaan, Saya merasa bingung, Gam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Flow [END]
RomanceAdhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia tidak menyangka harus kembali bertemu dengan mantan istrinya. Perempuan itu tampak jauh lebih dewasa...