Belum sempat Nola mencerna ucapan, dalam sekejap tubuhnya melayang begitu merasakan sebuah tangan kokoh mengangkat bokongnya.
Seolah tak memberi kesempatan untuk berpikir barang sejenak. Malik langsung membawa perempuan itu ke peraduan dengan posisi Nola duduk di pangkuan.
"M-mas ... "
Protesan Nola disertai gerakan tak nyaman rupanya tidak sekalipun mengendurkan niat Malik menguasai si perempuan. Kedua lengan pria itu masih sangat kokoh melingkari pinggang. Tentu jantung Nola semakin berdegup kencang.
"Rileks, Sayang," ucap Malik berusaha memberi kenyamanan terbukti akan sorot penuh kehangatan.
Paham apa yang dilakukan suaminya sebuah kegiatan normal, terlebih posisi seperti ini wajar dilakukan. Nola mengangguk lalu berulang kali menarik napas panjang.
Begitu melihat istrinya mulai terbiasa, pria itu perlahan membawa tubuh Nola ke dalam dekapan, juga memposisikan kepalanya tenggelam ke area dada si perempuan.
Merasa ketegangan telah berkurang, tanpa sadar Nola mengangkat kedua tangan lalu mengusap lembut rambut Malik yang berada dalam rengkuhan.
"Kamu tentu merasa terkejut," kata Malik usai merenggangkan dekapan.
Sehubung posisi Nola lebih tinggi, menjadikan perempuan itu menunduk dengan ekspresi bersemu. Dalam hati, ia mengakui ucapan itu, terbukti rasa aneh akan respon tubuhnya saat bersentuhan secara intim dengan suaminya.
Melihat Keterdiaman Nola, ia menyunggingkan senyum tipis sambil membelai punggung si wanita. Malik menatap penuh cinta lalu berkata, "Jangan tegang, saya suami kamu."
Tak ingin membebani pikiran, Nola mengangguk pelan. Meski posisinya sedang dilanda kegentingan, ia mencoba bertahan.
"Wajar kalau tegang. Ini kedekatan kita paling intim untuk pertama kali."
Malik terkekeh masih dengan gerakan seduktif membelai punggung halus istrinya.
"Mulai sekarang harus dibiasakan. Biar kamu nggak lagi tegang," jawab Malik sedikit nakal terbukti berani menyusupkan tangan ke dalam kaos pendek si perempuan.
"Y-ya boleh, tapi nggak harus secepat ini kan," balasnya berjengit kaget ketika tangan Malik mulai menelusuri kulit punggungnya.
"Terhitung sekarang sudah 12 jam lebih setelah akad. Apa itu terlalu cepat?" tanya Malik lebih berani memainkan pengait bra, sementara Nola yang sudah dilingkupi tubuh besar suaminya, pasrah membiarkan aksi nakalnya.
"Keputusan melakukan akad tanpa resepsi, sangat menguntungkan sekali bagi stamina. Kamu tentu merasakannya," bisiknya terdengar serak.
Tak ada jawaban, yang terdengar hanya lenguhan tertahan saat mendapat serangan. Tubuh Nola seolah tersetrum ketika usapan tangan Malik mulai membelai ke area depan.
"Kita bukan anak muda yang mengedepankan gengsi." Sambil berkata, Malik terlihat mudah memutar tubuh Nola agar berbalik terbaring di bawahnya.
"Cantik ... " bisik Malik menelan ludah. Penampilan Nola dengan wajah bersemu serta kaus yang tak lagi berbentuk membangkitkan hasratnya.
Sesaat Malik membungkuk hendak mendekatkan bibirnya, Nola sekejap menahan, lalu memandang permohonan.
"Matiin dulu lampunya," minta Nola menahan gugup dan malu. Dari bawah, ia baru menyadari betapa gagah dan sensualnya Malik jika sedang bergairah.
Meski Nola menampilkan mimik tak berdaya, Malik tak langsung menuruti begitu saja.
"Sayang ... ini malam kita," desak Malik mengabaikan ekspresi kegelisahan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Flow [END]
RomanceAdhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia tidak menyangka harus kembali bertemu dengan mantan istrinya. Perempuan itu tampak jauh lebih dewasa...