Flower in Darkness [5]

304 46 2
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

"Toward her, who shines brightly, I faintly hear your voice."

Malamnya, sesuai agenda keluarga yang sudah lama terjalin, diadakanlah sebuah acara makan malam di rumah keluarga Snow dengan keluarga Sea sebagai tamu. Kelompok Hyperion Tempest sudah sering mengadakan perjamuan antar keluarga yang tidak bermusuhan. Biasanya akan ada pembicaraan tentang bisnis ataupun peran di Hyperion itu sendiri.

George sedang berdiri di sudut tangga sembari menempelkan ponsel di telinganya. Dia mengenakan jas hitam licin dengan kemeja putih dan celana bahan hitam. Sebuah dasi hitam terpasang rapi di lehernya, begitu juga dengan jam tangan mahal di pergelangan tangan kirinya.

"Iya. Aku pesan satu lukisan yang besar. Gambarnya sudah kukirim padamu. Kuharap lukisan itu dapat selesai dalam waktu dekat."

Sang lawan bicara George di seberang berdecak. "Oh, ayolah, Sea. Lukisan tidak segampang itu dibuat. Lagipula, kenapa sih terburu-buru? Oh ya, gambar mermaid yang kau kirim itu cantik sekali. Sepertinya akan kubuat latar belakang lautan. Omong-omong, model mana yang kau sewa untuk menggunakan kostum mermaid itu? Dia cantik. Apa aku bisa mendapat kontaknya?"

"Tidak." George berkata gusar. "Rua, kenapa kau malah mengomentari fisiknya?! Aku memintamu untuk membuat lukisan itu. Bukankah kau senang melukis? Aku akan membayar mahal asal kau membuatkanku lukisan itu secepatnya."

Oliver Rua di seberang telepon terkekeh. "Baik. Tapi George, akan kupastikan bayaranmu mahal loh."

"Terserah," ujar George sembari memijit pangkal hidung.

"George...."

Panggilan dan sebuah tepukan di bahu itu membuatnya memutuskan telepon dengan Oliver. George menoleh ke belakang, Hailey berdiri dengan anggun disana.

"Kenapa?" tanya George setelah menyimpan ponselnya.

"Acara makan malam sudah dimulai," ucapnya lembut. "Segeralah pergi ke ruang makan. Mereka sudah menunggu."

George hanya mengangguk. Hailey lalu berbalik dan melangkah menjauh, tapi belum lima langkah ia tempuh, George memanggilnya.

"Hailey."

Gadis berambut blonde itu menoleh. "Ya?"

Manik George mengamati Hailey sejenak. Tatapannya dalam, tapi setelahnya ia menunduk. "Tidak ada." Dia lalu berjalan melalui gadis itu. "Ayo."

Hailey mengernyit. Tingkah lelaki itu selalu saja aneh semenjak dia dilempar ke tengah laut waktu itu. Entah apa yang terjadi, tapi Hailey yakin ada sesuatu yang membuat sikap George berubah 180 derajat padanya.

----------

"Seperti yang kita tahu, perjanjian bisnis antara Snow dan Sea sudah terjalin cukup lama. Jauh di generasi kakek dan nenek kita." Gilbert Snow menyesap wine-nya santai. Kepala keluarga Snow itu tersenyum tipis. "Selama ini, Snow selalu berinvestasi pada bisnis-bisnis yang Sea lakukan sementara Sea selalu membantu Snow menghalau semua berita-berita liar yang tersebar di media."

Howard Sea, kepala keluarga Sea itu terkekeh pelan. "Itu sudah kita lakukan sejak dulu. Kuharap kita akan selalu membantu demi terwujudnya dunia yang baru."

Gilbert mengangguk. Istrinya, Josse Snow tersenyum. Setelah memerintah pelayan untuk menyajikan main course, wanita yang mencepol tinggi rambutnya itu memandang semua orang disana dengan semringah.

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang