_____________________________
Happy Reading!
_____________________________Begitu Killian menyeburkan diri, Jasmine dengan panik berenang menuju pinggir kolam. Ia bangkit dengan susah payah meskipun langkahnya sedikit berat karena volume air yang membasahi pakaiannya.
Berlari ke arah mobil, sesekali Jasmine melirik Killian. Tidak ada tanda-tanda lelaki itu di kolam. Sosoknya entah pergi kemana. Dengan gemetar, Jasmine menarik pintu mobil.
Terkunci.
Jasmine terhenyak, lalu menyugar rambut. Gerutuan lolos dari mulutnya tatkala sadar kunci mobil ia tinggalkan di meja ruang tamu.
Gadis itu terbirit-birit menuju ruang tamu. Baginya, sia-sia lari tanpa mobil karena rumahnya jauh dari kota. Jika ia nekat, bisa saja ia tersesat atau kelelahan di jalan.
Dari kejauhan, kunci mobilnya dapat terlihat. Ada secercah harapan di hati Jasmine ketika ia berhasil meraih benda itu.
Akan tetapi, saat ia berbalik, Killian sudah berdiri di ambang pintu, menghalangi Jasmine untuk keluar rumah.
Terkejut, Jasmine tak sengaja menjatuhkan kunci mobilnya.
"Mau kemana?" tanya Killian sembari menyilangkan tangan di dada.
Jasmine diam. Ia merampas kunci mobil dari lantai lalu berlari menjauhi lelaki itu. Killian hanya tertawa.
"Lari. Larilah, kucing nakal."
Jasmine mengunci pintu kamarnya begitu ia masuk. Tubuhnya merosot lemah. Sejenak kemudian, ia meremas kepalanya kesal.
"Kenapa aku tidak mengecohnya saja dan keluar dari pintu itu?!"
Gadis berambut brunette itu bersandar di daun pintu, memejamkan mata, dan mengatur napas. Kamarnya tidak memiliki balkon dan jendelanya berjeruji besi sehingga tidak ada akses untuk kabur kecuali dari pintu.
"Jasmine...."
Suara Killian mengejutkan gadis itu. Ia sontak bangkit dan memandang pintu dengan horor. Lelaki itu berdiri di depan kamarnya.
"Jasmine, ganti bajumu dulu. Kau sangat basah kuyup. Aku tidak mau kau sakit."
Mengernyitkan alis, Jasmine berteriak. "Aku tidak peduli!"
"Aku peduli," sahut Killian di balik pintu. "Gantilah. Kau ada di kamarmu sendiri. Aku tidak akan mendobrak pintu. Kuberi kau waktu 1 menit."
"Kenapa kau tidak pergi saja?!"
"Kalau kau ingin lari, bukankah lebih cepat kalau bajumu kering?" balas Killian.
Linglung, Jasmine hanya memandangi banyak jejak basah di lantai akibat bajunya.
"1...2...3...4...."
Hitungan Killian membuat Jasmine sadar. Dia menanggalkan pakaiannya dan mengambil setelan pakaian dari lemari. Sembari mengenakan pakaian, hitungan Killian yang masih berjalan membuat Jasmine tak bisa berpikir jernih.
"22...23...24...25...26...."
Jasmine selesai. Ia lalu memindai kamarnya, mencari cara untuk keluar dari ruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔
General FictionKompilasi cerita dark romance. "𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐦 𝐰𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐛𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞𝐬 𝐨𝐛𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧, 𝐰𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐥𝐨𝐯𝐞'𝐬 𝐞𝐦𝐛𝐫𝐚𝐜𝐞 𝐭𝐮𝐫𝐧𝐬 𝐢𝐧𝐭𝐨 𝐚 𝐩𝐨𝐬𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐯𝐞 𝐠𝐫𝐢𝐩, 𝐞𝐯𝐞𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭𝐞𝐬𝐭 𝐟𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠...