_____________________________
Happy Reading!
_____________________________"I long only for the day I see you again."
°
10 tahun yang lalu
.
"So... is that you? Utusan Belphegor yang selama ini dibicarakan mereka di neraka?"
Sosok yang baru saja menjejakkan kaki disana tidak menjawab pertanyaan itu. Dia justru fokus menggerakkan tangan dan kedua kakinya. Tubuhnya panas dan lengket. Sesuatu terasa menyesakkan di bawah-bawah kulitnya dan kepalanya mulai memberat.
"Tyson Dyezelle, aku yang pertama kali turun ke bumi. Why are you so arrogant here?"
Sosok yang dipanggil sebagai Tyson itu menengadah, melihat seorang laki-laki dengan hoodie hitam dan sepatu kets putih tengah duduk di sebuah dahan pohon cassia.
"Servine." Tyson meringis sebal. "Kenapa aku harus bertemu denganmu? Ck. Kenapa tuanmu tidak mengutus yang lain saja?"
Servine tertawa kencang. Lelaki itu turun dengan mudahnya untuk berhadapan langsung dengan Tyson. Dia lalu menatap Tyson dengan tengil. "I am more handsome than you, though. Jadi aku adalah anak favoritnya."
Tyson hanya memutar bola matanya. Sejak dulu, Servine adalah sosok yang menyebalkan. Tyson dikenal sebagai anak buah yang bagus dan membanggakan bagi Belphegor sehingga ketika ia harus berhadapan dengan Servine, ia tidak menyukainya.
"Hei, Tyson. Sebagai senior, aku akan memberimu sebuah nasihat."
Tyson tak pernah menganggap omongan Servine sebagai fakta. Maka dari itu, Tyson tidak terlalu mendengarkannya. Servine adalah sosok yang manipulatif. Dia akan melakukan apapun demi mencapai tujuannya. Tidak heran dia juga dijadikan sebagai anak buah kebanggaan Lucifer di neraka.
"Kau tahu apa tugasmu disini kan? Maka, lakukanlah dengan baik. Jika Lucifer mengutusku untuk menjerat manusia pada kesombongan dan balas dendam, maka kau ditugaskan Belphegor untuk menyesatkan mereka melalui harta dan kekuasaan. Mudah, tapi jangan lengah."
Tyson mengernyit. "Apa maksudmu dengan lengah?"
Servine berdecak. "Kau tidak tahu kabar yang beredar ya? Wah, kau kuno sekali, Pak Tua."
"Kau yang lebih tua, bastard," umpat Tyson.
Servine bersedekap dada lalu tersenyum miring. "Kau tahu, kita, para iblis tidak pernah bersinggungan dengan para makhluk kegelapan yang lainnya. Ya... seperti kau tahulah, 'mereka' yang tersembunyi di Wynesword, 'mereka' yang terisolasi dibalik barrier Cindors, 'mereka' yang tenang di kedalaman lautan Red Moon, dan 'mereka' yang menghilang... di Zabini." Wajah Servine berubah serius. "Kita tidak ada kaitannya dengan mereka, tapi saat ini, dunia mereka juga sedang terombang-ambing."
"Aku heran, kenapa kau sangat peduli dengan para makhluk itu." Tyson mendengus. "Apalagi Zabini. Itu tempat paling aneh yang pernah kutahu."
"Zabini mungkin bagimu aneh, tapi tidak bisa dipungkiri kalau tempat itu sangat istimewa. Kau tidak akan bisa kesana kalau kau memang tidak ditakdirkan untuk kesana." Kekehan kecil meluncur dari mulut Servine.
Udara malam itu kian dingin. Apalagi, mereka sedang berada di hutan kota Hunterstrict. Kota yang memiliki suhu terendah saat malam hari. Walau Tyson dan Servine tak dapat merasakannya, tetap saja mereka sedang berwujud sebagai manusia. Tubuh manusia sangat rentan kedinginan. Maka dari itu Tyson sedikit menyenderkan tubuhnya pada pepohonan disana lalu memeluk dirinya sendiri. Mata yang berwarna cokelat madu itu menatap langit dengan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔
General FictionKompilasi cerita dark romance. "𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐦 𝐰𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐛𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞𝐬 𝐨𝐛𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧, 𝐰𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐥𝐨𝐯𝐞'𝐬 𝐞𝐦𝐛𝐫𝐚𝐜𝐞 𝐭𝐮𝐫𝐧𝐬 𝐢𝐧𝐭𝐨 𝐚 𝐩𝐨𝐬𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐯𝐞 𝐠𝐫𝐢𝐩, 𝐞𝐯𝐞𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭𝐞𝐬𝐭 𝐟𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠...