Eclair [4]

564 92 3
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________


"Apa maksudmu?"

Clara mengernyitkan alis. Ia sepenuhnya menghadap ke arah Gnome. "Aku tidak bisa keluar dari sini kalau mencium Arylien?"

Gnome itu diam saja. Dia melangkah kecil, mengambil bunga pemberian Clara tadi lalu kembali ke tempatnya semula.

"Aku hanya memberitahumu apa yang aku tahu." Gnome mengangkat bunga itu, mengamatinya saksama. "Anggap saja ini bentuk terima kasih. Kalau kau punya pertanyaan lebih jauh lagi, bukan aku tempatmu bertanya."

"Lalu aku harus kemana?"

"Pergilah ke hutan Mistralis. Disana ada Sphinx dan kau bisa menanyakan apapun padanya." Makhluk kerdil itu membalikkan badan. "Dia dikurung di hutan itu oleh pangeran."

Gnome yang akan pergi membuat Clara panik. Gadis itu berlari maju tanpa ia sadari, membuat Gnome terkejut.

"Tunggu dulu!" sergah gadis mata abu itu. "Aku masih tak paham kenapa kau memberitahuku tentang semua ini."

Makhluk kecil bertopi itu melirik Clara sekilas, senyum samar tergurat di wajahnya. "Karena kami tak mau manusia menjadi ratu kami."

Clara terpaku di tempat.

Gnome itu membalikkan badan. Namun, suaranya masih terdengar sampai ke tempat Clara berdiri.

"Pulanglah. Tempatmu bukan disini, manusia."

----------

DAY 4

"Aku harus pergi ke istana hari ini, Clara. Tetaplah disini. Jangan pergi jauh-jauh supaya saat aku kembali, aku dapat langsung menemuimu."

Arylien menemuinya di depan gua kristal. Lelaki itu tampak berbeda saat ini. Tampilannya lebih rapi dan formal, layaknya seorang pangeran dari negeri dongeng. Dia bahkan membawa pedang keperakannya yang mengilat.

"Semoga harimu bahagia, Arylien." Clara mengulas senyum manis. Gadis itu menyingkirkan beberapa helai rambut blonde-nya yang berlarian di wajah. Arylien mengamati itu dalam diam.

"Kau mau ikut denganku?" tanyanya tiba-tiba.

"Aku?" Clara melongo. "Tidak. Aku tak perlu pergi ke istana karena 3 hari lagi aku juga akan pergi dari sini."

"Ah, sudah empat hari berlalu ya...."

"Benar." Clara menggigit bibir. "Wynesword sangat mengagumkan. Aku akan menyimpan kenangan ini selamanya."

Arylien berkacak pinggang, menyunggingkan senyum miring, lelaki itu melontar tanya. "Bagaimana kalau kau tinggal disini saja?"

Clara mengerjap. "Hah?"

"Kau bisa hidup sebagai putri, Clara. Aku akan bilang pada pihak istana agar kau diberi izin untuk tinggal disana." Dengan semringah Arylien mengungkapkan hal itu. Dia mengelus puncak kepala Clara lembut, menikmati tiap helaian rambut blonde itu tersangkut di jari-jemarinya.

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang