_____________________________
Happy Reading!
_____________________________
Ini seharusnya tidak terjadi.Jasmine tidak bisa tidur malam itu. Dia juga mengunci dirinya di kamar semalaman. Perutnya keroncongan, tapi rasa gelisah lebih mendominasi tubuhnya.
"Kenapa tidak pernah diangkat?!" geramnya menatap ponsel. Dilemparnya ponsel itu ke ranjang, tubuhnya terduduk tak berdaya di karpet samping ranjang.
Jasmine mengacak rambut, meremas kepalanya dengan wajah frustrasi. Ia memandang ke arah satu titik sebelum ekspresinya berubah dan dengan sigap ia meraih ponsel yang tadi dilemparkannya.
Menekan tombol call pada sebuah nomor, Jasmine menggigiti ujung jarinya cemas.
"Jasmine?" Suara dari seberang sana memanggil namanya.
Gadis berambut brunette itu memejamkan mata. "James."
"Kau... tumben sekali menelponku... setelah bertahun-tahun...."
"Bagaimana keadaanmu?"
"Aku baik," suara tawa renyah terdengar, "adikku, aku sangat merindukanmu."
Jasmine tersenyum tipis. "Aku mungkin suatu hari nanti akan kembali ke sana."
"Kau serius? Aku senang sekali mendengarnya!"
"Tapi...," Jasmine menjeda, "aku ingin minta bantuanmu, James."
"Ada apa? Apa sesuatu terjadi di rumahmu?"
Memilih untuk tak menjawab pertanyaan itu, Jasmine mengalihkan pembicaraan. "Kau bekerja di perusahaan teknologi di Alandara, kan? Kau pasti punya koneksi dengan beberapa ilmuwan di berbagai daerah. Bisakah aku menanyakan tentang seorang ilmuwan padamu?"
"Oh itu. Siapa namanya?"
"Profesor Xu. Dia pemilik ESC Tech."
"Profesor Xu yang perusahaannya ada di Eslaciva itu? Yang sedang mengembangkan robot artificial intelligence?"
"Ya."
"Ah. Aku kenal dengannya."
Sontak, gadis itu menegakkan tubuhnya. "Kau mengenalnya? Bagaimana bisa?"
James terdengar agak lama menjawab. "Itu... Aku punya proyek dengannya di sini."
Jasmine mengerjap. "Kalau begitu, kirimkan nomornya padaku!"
"Akan kukirimkan."
Telepon mereka terputus. Jari Jasmine berulang kali membuka kolom chat dengan kakaknya itu, memencet tombol home, lalu kembali lagi membuka kolom chat.
Sederet nomor muncul di layar ponselnya. Dengan cepat, Jasmine menyalin nomor itu untuk melakukan panggilan.
Dering pertama.
Dering kedua.
Panggilannya diangkat di dering ketiga. Setelah sekian lama berlalu, Jasmine mampu bernapas lega ketika mendengar suara yang sangat dikenalnya.
"Halo?"
"Profesor!" Jasmine sedikit berteriak. Kelegaan, kegembiraan, dan harapan mendadak memenuhi hatinya.
Sempat terjadi keheningan di seberang telepon sebelum sang lawan bicara mengeluarkan nada pelan yang diliputi keraguan.
"Jasmine...?"

KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔
Aktuelle LiteraturKompilasi cerita dark romance. "𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐦 𝐰𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐛𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞𝐬 𝐨𝐛𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧, 𝐰𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐥𝐨𝐯𝐞'𝐬 𝐞𝐦𝐛𝐫𝐚𝐜𝐞 𝐭𝐮𝐫𝐧𝐬 𝐢𝐧𝐭𝐨 𝐚 𝐩𝐨𝐬𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐯𝐞 𝐠𝐫𝐢𝐩, 𝐞𝐯𝐞𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭𝐞𝐬𝐭 𝐟𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠...