Side Story #3 - Camilla Moores and That Boy

211 25 2
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

°
 

"Camilla, kenapa kau bolos kelas lagi hari ini?"

Camilla Moores yang pada hari itu terpaksa datang ke Eaton University karena suatu hal, hanya bisa tersenyum ketika berpapasan dengan teman sekelasnya di koridor kampus.

"Ah... itu...."

Temannya yang berambut merah itu memotong. "Kau tahu kan kalau kuliahmu ini dibiayai oleh bibimu? Apa kau tak kasihan padanya? Kudengar, dia juga punya anak perempuan dan dia sendiri adalah single mom."

"Hei, kau mau diam atau kupukul mulutmu sekarang?" Camilla melotot pada teman sekelasnya itu. Mendapat gerutuan dari Camilla, sang teman pun pergi sambil mendumel.

Camilla menghela napas. Dia bersandar di dinding koridor seraya memindai sekitar.

Dimana dia? Dimana orang yang kusuka itu?

Bibir gadis itu mengerucut. Bukankah lelaki itu janji akan menemuinya di kampus? Camilla inginnya sih bertemu di luar, di tempat yang romantis, yah seperti para anak muda lainnya, tapi karena lelaki itu tidak bisa pergi jauh dari kampus, maka tak ada pilihan lain.

Saat Camilla sudah akan menggerutu lagi, ia merasakan pipi kanannya mendingin. Gadis itu melirik ke kanan, mendapati sekaleng soda dingin tengah menempel di pipinya. Dengan semringah ia menarik tangan yang menggenggam soda itu, matanya berkilat bahagia mengetahui sosok itu telah datang.

"Zean!"

Lelaki bermata biru dengan kulit pucat itu tersenyum.

"Kau membelikan soda untukku?! Oh, terima kasih banyak!" Camilla menggenggam kaleng soda itu erat-erat.

Zean mengernyit. "Sebenarnya, tadi ada yang menawarkan itu padaku. Kelihatannya untuk pengumpulan dana. Aku kasihan, jadi kubeli."

Camilla speechless. Gadis itu lalu menunduk. Tidak. Dia tidak sakit hati. Hanya saja, dia sering sekali berharap tinggi lalu akhirnya dijatuhkan dengan kejam.

Zean memperhatikan ekspresi Camilla dengan saksama. Bibir lelaki itu diam-diam tersenyum. "Aku bercanda. Aku membelinya karena aku ingat kau suka soda."

Ucapan itu menaikkan gairah hidup Camilla seketika. Gadis itu mendongak dengan mata berbinar. "Benarkah? Benarkah itu?!"

Zean mengangguk.

"Kalau begitu, kapan kau mau menjadi kekasihku, Zean?" tanya Camilla.

Mendengar kalimat desperate itu, Zean tertawa kecil. Tubuhnya yang tinggi membuatnya dapat mengacak rambut Camilla dengan mudah. Gadis blonde itu hanya mengerucutkan bibir.

"Ayo keluar." Bukannya menjawab pertanyaan Camilla, Zean justru berjalan melewati gadis itu untuk keluar dari koridor menuju halaman depan Eaton University.

"Bagaimana kuliahmu hari ini?" tanya Zean. Lelaki dengan pakaian serba hitam di sekujur tubuhnya itu memasukkan tangan ke saku celana.

"Aku bolos."

Lelaki itu mendelik. "Memangnya boleh?"

Camilla cengengesan. "Boleh saja. Kan bukan professor ku yang membayarnya."

Zean mengangguk-angguk. "Oh, aku tidak tahu. Aku kan tidak kuliah."

Camilla hanya tertawa. Sebelum ia sempat membahas topik lain lagi, ada keributan di dekat lapangan. Saat mereka membalikkan badan, Camilla melihat segerombolan pemain tenis lapangan membawa teman mereka yang terluka. Seseorang yang terluka itu dibopong oleh dua orang pemain tenis lainnya. Camilla dapat melihat lutut lelaki itu mengeluarkan darah yang cukup banyak.

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang