_____________________________
Happy Reading!
_____________________________"You can't get out. Don't run away or you'll get hurt."
°
Dua tahun yang lalu
.
Dari balik hingar-bingar klub malam di kota Darkensight, seorang laki-laki berkemeja hitam dengan celana bahan hitam keluar dari klub dengan terburu-buru. Langkahnya yang tergesa-gesa mengakibatkan pundaknya berulang kali bertabrakan dengan orang-orang yang berlalu-lalang.
Sesampainya ia di luar, ia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya kasar. Akhirnya. Setelah satu jam ia di dalam, kini rasa bosan sudah menghampirinya. Lelaki itu bersandar di dekat pintu masuk, merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan sebuah rokok elektrik.
"Kenapa kau merokok lagi, Heli?"
Pertanyaan itu tidak digubris oleh Helios. Lelaki itu sibuk mengisap dan mengembuskan rokok miliknya.
Sang teman berdiri di dekatnya, memperhatikan Helios dengan prihatin. "Kau bisa merusak tubuhmu sendiri."
"Siapa peduli," gumam Helios. Lelaki beranting itu melirik ke dalam klub, lalu membuang muka. "Ini hidupku. Aku bebas melakukan apa saja. Kau tidak tahu kan betapa stresnya menjadi aku, Caesar."
Temannya itu berdecak tak percaya. "Oh ayolah, Heli. Bukankah kau sendiri yang memilih berkarir seperti ini? Kau bilang kau mencintai pekerjaanmu. Kenapa sekarang kau seolah-olah ingin menyerah?"
"Entahlah." Helios menggerutu. Lelaki itu mengacak rambutnya. "Rasanya aku benci sekali karena ditakdirkan untuk terjebak di Darkensight. Kenapa aku harus lahir di kota ini?! Kota ini membuatku tak bisa bebas meraih impianku, sialan."
"Mungkin bukan karena kotanya," cetus Caesar. Lelaki blonde itu menyeringai. "Mungkin karena kau kesepian di kota yang sepi ini."
Helios hanya mendengus mendengarnya, membuat Caesar tergelak kecil karena berhasil menggoda temannya itu. "Ayolah, kenapa kau tidak cari kekasih saja? Siapa sih perempuan yang tak mau denganmu? Kalau mereka tahu siapa kau, mereka akan mengejarmu, Heli."
"Tidak," bantah Helios. Lelaki itu mengangkat kepalanya, memandang langit Darkensight yang selalu gelap. "Mereka itu ribet."
Caesar tertawa kecil. Helios selalu saja menghindar jika berbicara tentang wanita. Padahal jika dia mau, dia bisa saja mengencani wanita manapun yang ia inginkan. Namun entahlah, Caesar merasa Helios itu untouchable.
Setelah selesai merokok, Helios turun dari undakan tangga tempatnya berdiri. Dia memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan berniat melangkahkan kaki dari sana. Sambil berjalan, ia menoleh ke Caesar yang masih berdiri di dekat pintu masuk.
"Hei, Caesar, jangan lupa kalau kau harus menghubungi temanku yang ada di Brighton dan bilang padanya untuk–"
Brak!
Caesar terpaku di tempat tatkala tubuh Helios tercampak jauh akibat tertabrak mobil di depan klub. Lelaki itu mematung selama beberapa detik sebelum tergopoh-gopoh menghampiri tubuh temannya yang sudah terkapar bersimbah darah di jalan raya.
"Helios!"
.
Mungkin takkan ada yang percaya kalau takdir hidup Helios Chandler cukup mengenaskan di umurnya yang masih 21 tahun. Selain kesepian dan membenci hidupnya, setelah tertabrak, jiwa lelaki itu justru keluar dari tubuhnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔
General FictionKompilasi cerita dark romance. "𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐦 𝐰𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐛𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞𝐬 𝐨𝐛𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧, 𝐰𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐥𝐨𝐯𝐞'𝐬 𝐞𝐦𝐛𝐫𝐚𝐜𝐞 𝐭𝐮𝐫𝐧𝐬 𝐢𝐧𝐭𝐨 𝐚 𝐩𝐨𝐬𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐯𝐞 𝐠𝐫𝐢𝐩, 𝐞𝐯𝐞𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭𝐞𝐬𝐭 𝐟𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠...