_____________________________
Happy Reading!
_____________________________"My fate, come and kiss me."
😈
Empat hari kemudian
"Kenapa aku yang harus pindah?!" Kristal berteriak pagi itu. Padahal weekend baru saja dimulai tetapi sudah ada yang membuat harinya kesal. "Sejak awal, aku yang menempati ruangan ini untuk koleksi lukisanku. Aku tidak mau pindah ke loteng!"Barron Che memijit kening lelah. Pria yang hari ini diam di rumah itu hanya bisa menarik napas dalam-dalam. "Kristal, mengertilah. Helena jauh lebih membutuhkan ruangan ini karena lokasinya lebih dekat dengan pintu depan."
"Tidak peduli." Kristal melipat tangan di depan dada. "Aku tidak mau."
"Egois sekali," gumam Helena yang berdiri di belakang ayah mereka. Memang pelan, tapi Kristal dapat mendengar dengan jelas.
"Apa kau bilang?" Kristal mengernyit tak suka. Namun, Helena kian bersembunyi di belakang sang ayah.
"Kristal.... Kau tak perlu susah-susah memindahkan barang. Daddy akan menyuruh orang untuk memindahkan semua koleksi lukisanmu ke loteng."
"Ini bukan soal lukisan atau ruangan, Dad!" Maniknya menatap Barron tak percaya. "Kenapa setiap Helena yang meminta sesuatu, semuanya langsung dikabulkan?!"
Helena mengamatinya dengan ekspresi tak suka. Kristal tak peduli. Dia tetap memberontak pada ayahnya. Barron yang mendengarnya hanya menghela napas kasar. "Tidak bisakah kau mengalah pada adikmu? Lagipula ruangan di atas itu lebih lebar."
Kristal bersungut-sungut. Ini bukan soal ruangan. Semuanya soal harga diri. Dia merasa kalah dari Helena dan itu hal yang ia benci.
"Kak, jika kau tidak mau, tidak apa-apa. Aku tidak memaksa." Di balik punggung Barron, Helena berkata lembut. Matanya yang bersinar takut seolah-olah menggambarkan bahwa Helena juga tidak memaksa.
Sungguh penipu, batin Kristal.
"Tidak apa-apa, Helena." Barron yang menjawab, alih-alih Kristal. Pria itu menilik sedikit ke arah ruangan di bawah tangga yang selama ini menjadi tempat Kristal melukis untuk menghabiskan waktu. "Kau bisa pindah kesini. Kau bilang kau butuh ruangan yang punya akses lebih mudah ke pintu depan kan? Ruangan ini yang paling dekat."
"Kalau dia tidak jadi menginginkannya, ya sudah," ucap Kristal. Gadis itu tersenyum sinis. "Bagus kalau begitu. Kenapa Daddy yang jadi memaksa?"
"Kau yakin tidak mau pindah?" Ayahnya bertanya lagi. Kali ini sorot matanya serius. "Ibumu dulu sempat menggunakan ruangan itu. Mungkin sebagian barangnya masih ada disana."
Penjelasan itu membuat Kristal tertegun. "I–bu...?"
----------
Orang terakhir yang meletakkan lukisannya di loteng itu akhirnya turun. Kini, Kristal sendirian di ruangan itu. Keputusannya berubah setelah mendengar bahwa jejak ibunya pernah ada disini.
Ada sesuatu yang aneh. Bukankah Sasha selalu bilang kalau orang tua Barron tidak pernah menyetujui hubungan lelaki itu dengan Aniskha? Lalu kenapa ibunya pernah ada disini?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔
General FictionKompilasi cerita dark romance. "𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐫𝐞𝐚𝐥𝐦 𝐰𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐛𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞𝐬 𝐨𝐛𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧, 𝐰𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐥𝐨𝐯𝐞'𝐬 𝐞𝐦𝐛𝐫𝐚𝐜𝐞 𝐭𝐮𝐫𝐧𝐬 𝐢𝐧𝐭𝐨 𝐚 𝐩𝐨𝐬𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐯𝐞 𝐠𝐫𝐢𝐩, 𝐞𝐯𝐞𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭𝐞𝐬𝐭 𝐟𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠...