Chapter 19

19.3K 1.1K 168
                                        

[fake chat yang kali ini lebih baik dibaca lebih dulu sebelum Chapter 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[fake chat yang kali ini lebih baik dibaca lebih dulu sebelum Chapter 19. bisa diakses di instagram
; bhumikaakshara ]

•••

RANJANG tak berpenghuni di sebelahnya menyambut indra Sentana seketika ia membuka mata. Mendapati pintu kamar dengan celah kecil terpampang, pun sudah jelas Mandala tidak berada di sana bersamanya lagi.

Tidak ada yang spesial di antara mereka.

Kemarin malam, Mandala tidur terpaut jauh dari sisi ranjang Sentana. Memunggungi suaminya sendiri dan baru terlelap setelah puas memainkan ponsel di tengah lampu yang telah ia matikan. Begitu juga dengan Sentana yang turut memunggungi Mandala. Bedanya hanya, ia kontan terlelap lelah setelah Mandala memadam lampu dan berhenti mengoceh ria.

Beruntung hari ini kalender sedang berbaik hati bagi para hamba korporat dengan warna merah mencolok yang menjadi pertanda bahwa sedang cuti bersama. Membuat Sentana tidak perlu mengerahkan diri untuk bangun terlampau pagi dan jadi dapat bermalas-malasan lebih lama lagi.

Pertanyaan tentang kemana istrinya menghilang itu tidak sepenuhnya ada, namun rasa ingin tahunya berkata lain— sebab jemari yang mengetikkan pesan dengan netra mengerjap berat itu justru mempertanyakan kemana Mandala pergi.

Balas membalas pesan itu terjadi, berakhir dengan Sentana yang segera bangkit dari ranjang untuk melonggokan kepala keluar— penasaran.

Celah sempit yang membuka pintunya itu ternyata cukup untuk Sentana melihat ke arah ujung seberang, kepada Mandala yang terlihat sedang sibuk dengan perabotan dapur— sebagaimana perempuan itu berkata lewat pesan singkat mereka.

Seutas senyum jahil muncul di bibir Sentana— bersamaan dengan pesan terakhir yang ia kirimkan kepada Mandala sebelum berlalu dan memutuskan untuk membasuh dirinya segera.

Meski sudah dua tahun mengarungi bentara pernikahan, jarang sekali Sentana melihat Mandala berkutat di dapur seperti pagi ini.

Mandala bisa memasak, Sentana tau yang satu itu.

Namun kesibukan perempuan itu terkadang mengalahkan segala hobi dan kesukaan Mandala, membuatnya cenderung mengabaikan semua pekerjaan rumah dan lebih membebankan hal tersebut pada Mbok Yan.

Tentu saja pemandangan ini cukup langka bagi mata Sentana.

Ia sampai harus segera membasuh diri untuk memastikan bahwa dirinya tak sedang bermimpi dan Mandala yang berada di dapur adalah asli.

Perlu beberapa saat bagi Sentana untuk menyudahi kegiatan mandinya. Dengan surai basah sempurna ia melangkah keluar sedari kamar mandi. Berdiri sempurna di muka cermin, menatap sembarang pada pantulan dirinya sendiri, lalu segera berlalu untuk membuihkan dua kali semprot wewangian yang selalu ia gunakan setiap hari.

Di Atas KastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang