Chapter 12

12.7K 726 96
                                    

MUNGKIN telah menjadi kebiasaan bagi para kaum adam, usai melepas hormon endorfin dalam tubuhnya, mereka akan mudah terlelap dan menyelam dalam dunia kapuk terlalu nyaman.

Sama halnya dengan Sentana yang juga mendapat kebiasaan tersebut. Meskipun kegiatannya dengan Mandala berlangsung tidak lama, namun terus terang saja, Sentana berhasil melepas puncak hasratnya bersama Mandala.

Ia berakhir dengan terlelap begitu saja dalam nyaman membelenggu. Dan oleh sebab tersebut, Sentana bisa sampai tak tau bahwa Mandala sudah tak berada di ranjang bersamanya, ataupun di sudut lain kamarnya itu.

Pukul enam ia terbangun dengan wajah yang diliput kebingungan besar. Sontak meloncat dari posisi merebahnya dan segera bangkit.

Lantas ketika Sentana memutuskan untuk menyusuri anak tangga dan mencoba mengintip pada kamar Mandala di lantai dua, barulah saat itu Sentana dapat menghela napas lega sesaat.

Mudah saja bagi Sentana untuk mengetahui bahwa sang istri berada di dalam sana. Yang pertama, pintunya tertutup begitu rapat. Dan yang kedua adalah lampunya menyala terang.

Sebab satu kebiasaan Mandala yang Sentana tak pernah lupa adalah, perempuan itu tidur dengan lampu menyala apapun itu keadaannya.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Sentana untuk mencari tau alasan mengapa Mandala keluar dari kamarnya, padahal sebelumnya mereka telah sepakat untuk memainkan opera sabun dengan tidur bersama selama kurun waktu dua bulan kedepan. Meskipun begitu, Sentana langsung tau bahwasanya alasan Mandala tak ingin lama-lama menetap di kamarnya masih bersangkutan dengan kegiatan mereka kemarin malam.

Semua memungkinkan terjadi karena Sentana yang dengan sengaja melanggar mau sang istri kemarin malam.

Ya, Sentana memang sengaja menjahili Mandala dengan membuang hasrat di dalam tubuh istrinya itu.

Sebetulnya sanksi juga bila Sentana mengaku melakukan tersebut dengan sengaja, sebab tidak sepenuhnya begitu.

Kenyataan sejatinya adalah, secara alamiah tubuh Sentana bereaksi berbeda dengan melihat Mandala pada kondisi kemarin malam. Surai berantakan dan bibir cerah istrinya itu adalah penyebab utama kesalahannya kemarin malam.

Dan untuk kali ini, Sentana akan mengakui bahwa ia yang salah.

Pun untuk menebus kesalahan yang ia perbuat, Sentana dengan inisiatifnya sendiri, memutuskan untuk pergi ke apotek terdekat dari rumah mereka untuk membeli pil kontrasepsi darurat.

Dan di sinilah ia sekarang, berdiri dengan tampang datar sembari menatap pada pintu yang kini telah terbuka sedikit. Benar-benar sangat sedikit sekali.

Usai menarik napas cukup panjang, Sentana memberanikan dirinya untuk masuk kedalam sana.

"Bukannya kemarin kita udah sepakat mau tidur bareng?" ucap Sentana tepat setelah kakinya meminjak pada ubin kamar milik Mandala. "Tapi kenapa jadi kamu kabur ke kamar sendiri?" tambah pria itu lagi.

Di depannya sang istri tengah duduk berhadapan dengan meja rias. Nampak telah rapi dengan setelan formalnya dan surai yang terurai bersih.

Sedari kaca Mandala melirik. Tidak lama, hanya satu detik lantas kembali lagi perempuan itu menatap dirinya sendiri yang tengah memoles lipstick pada bibirnya.

Seolah menyadari Mandala tak akan membalas perkataannya cepat atau lambat, "Nih, morning after pill. Diminum kalo belum mau punya anak sama aku." Sentana memutuskan untuk segera memberi pil kontrasepsi yang ia belikan untuk Mandala sebelumnya.

"Did i told you to buy this for me?"

Bukannya mengampil pil yang baru saja Sentana letakkan pada meja riasanya, Mandala justru berdiri, membalik tubuhnya untuk menatap pada Sentana di belakang.

Di Atas KastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang