Chapter 17

13.2K 722 138
                                    

[ Di Atas Kasta short AU/fake chat, bisa diakses di tiktok dan instagram ; bhumikaakshara ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Di Atas Kasta short AU/fake chat, bisa diakses di tiktok dan instagram
; bhumikaakshara ]

•••

HELAI rambut yang teruntai itu menutupi separuh dari tubuhnya yang berselaput selimut nyaman polyester. Entah sadar atau tidak, tubuhnya yang bergulung meringkuk nampak bagai seorang bayi yang mencari hangat. Terbenam sempurna, mengabaikan sinar mentari yang mulai menelusuk hendak membangunkan.

Senyum yang terpatri belum berpaling bahkan setelah sepuluh menit lebih memandang. Teringat akan bayang-bayang indah yang terjadi semalam, Sentana dengan mutlak menekankan pada diri sendiri bahwa yang berlangsung bukanlah sebuah mimpi.

Ukiran jejak yang tertinggal bahkan memberi warna kontras pada baju putih kebesaran yang tengah dikenakannya saat ini. Andaikan saja Sentana adalah seorang pengangguran, maka tak akan ia bangunkan perempuan dalam dekapnya selama mungkin. Sebab anehnya, seperti ini terasa nyaman.

Gerak jemari yang menyusuri wajah tenang damai itu enggan berhenti, mengusap pelan-pelan sembari beberapa helai ia sisipkan. Sentana harus pandai-pandai menahan rasa gemasnya pagi ini, sebab sosoknya masih terlelap tenang sekali.

Bahkan saat Mandala menyisipkan bahu yang mungkin terasa dingin, Sentana harus cepat-cepat menaikkan kaos putih kebesaran miliknya itu yang melorot licin dari bahu tersebut.

Lucu sekali.

Dulu, mana mungkin Mandala mau memakai kaos kebesaran kepunyaannya yang dipadu celana pendek seperti pagi ini. Hari-hari juga perempuan itu pasti memakai piyama  yang terlalu formal untuk pakaian rumahan.

Dan jika ditanya alasannya mengapa, jawabannya saat itu adalah, "Suka-suka aku lah! Eh, aku tau ya badan aku bagus mau pake baju apapun itu, dan aku juga tau kamu pasti ngeh 'kan kalo badanku bagus? Makanya aku sengaja pake baju sopan santun walaupun lagi di rumah. Just in case kamu ada niat buat perkosa aku— aku bisa jadi korban sepenuhnya karena baju aku nggak 'mengundang' kamu buat melakukan itu. Smart, right?"

Saat itu pendiriannya masih kukuh— bahkan sampai akhir-akhir ini juga tetap kukuh.

Hanya saja, sejak kejadian Mandala yang salah mengirimkan pesan padanya malam itu—berlanjut dengan pembuktian ego mereka yang terlewat sinting, Sentana menyadari bahwa istrinya mulai membiasakan diri untuk terlihat santai.

Lagipula tidak masalah juga, Sentana sudah tau isi di dalamnya.

Justru, lebih menggemaskan begini ketimbang piyama formal yang bak kemeja kantoran itu.

Masih memainkan jemarinya di paras itu hingga sang empunya nampak membuka mata perlahan, "Don't freak out. We did more than this last night, dan nggak ada satupun dari kita yang mabuk kemarin malam." Sentana harus cepat-cepat memberi klarifikasi saat mendapati kedua obsidian Mandala mendelik dengan urat-urat bola mata yang masih memerah, belum sepenuhnya sadar.

Di Atas KastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang