Chapter 05

23.2K 1.1K 53
                                        

SEBELUM pagi datang dan menyambut dengan riak sinar menusuknya, Sentana telah lebih dulu meninggalkan hotel tempatnya menghabiskan waktu malam kemarin.

Tidak ada lakon romansa yang terjadi setelah itu, sebab Sentana memilih untuk pergi bahkan sebelum lawan mainnya bangun dari lelap tidurnya.

Sentana adalah tipikal pria yang sangat menganut paham idealis. Ia memiliki prinsip dan pola pikirnya sendiri. Sentana juga sangat konsisten pada paham yang ia anut tersebut. Membuatnya selalu memisahkan mana waktu untuk bersenang-senang dan mana waktu untuk bersikap serius nan profesional.

Jika ia terbiasa tiba di kantor pada pukul delapan pagi, maka, selamanya akan selalu begitu. Tidak peduli apa yang terjadi di waktu sebelum jam tersebut, ia harus tiba di kantor di pukul delapan. Itu prinsip Sentana.

Pagi ini pun begitu, Sentana datang tepat waktu. Duduk tegak di ruang rapat sembari menanti dewan direksi lainnya untuk datang menghadiri rapat hari ini.

Sebenarnya, kedatangan Sentana ke klub malam kemarin memiliki alasan mendasar dibaliknya. Bahkan Sentana yang mau menghabiskan malam bersama perempuan asing itu juga ada alasannya. Biasanya, Sentana hanya mau melakukan itu dengan perempuan bayaran dari tempat yang ia percaya, bukan dengan sembarang perempuan di klub malam. Kemarin adalah satu-satunya pengecualian.

Alasan dibaliknya adalah sebab hari ini Sentana memiliki jadwal rapat penting antar direksi. Rapat ini akan membahas mundurnya salah seorang investor dari proyek yang tengah digarap di Kintamani.

Sentana tau hari ini akan ia lewati dengan cukup alot. Pun Sentana sebagai direktur utama, sudah pasti harus membuat keputusan besar untuk kerbelangsungan proyek pembangunan tersebut. Membuatnya harus menenangkan pikiran dan membuang semua hormon stress dalam tubuhnya.

Caranya adalah dengan berkegiatan yang mampu menghasilkan hormon endorfin yang membuatnya rileks, sehingga Sentana memilih untuk datang saja ke klub malam.

Memangnya apalagi cara lainnya? Menelpon Mandala dan meminta perempuan itu untuk menyentuhnya, terdengar sangat amat mustahil. Mereka saja tidak tidur di satu ranjang yang sama, bagaimana bisa Mandala mau disentuh oleh Sentana? Jadi daripada membuang waktu dan menambah beban pikiran dengan memikirkan Mandala, Sentana lebih baik langsung datang ke klub dan membiarkan perempuan asing itu mengerayangi tubuhnya kemarin malam.

Ah, sudah, Sentana tidak lagi mau membawa nama dan sosok Mandala ke pikirannya hari ini. Yang ada ia jadi kesal sendiri dan bisa sia-sia usahanya menenangkan diri kemarin malam. Sungguh.

Suara langkah kaki yang masuk beriringan mulai terdengar, berhasil menginterupsi Sentana untuk memandang sekitar dan mendapati beberapa orang dari jajaran direksi telah berada di dalam ruangan bersamanya.

Butuh beberapa lama untuk mengumpulkan semua orang didalam satu ruangan. Lantas tepat setelah seluruh dewan direksi hadir, di sana Sentana membasahi tenggorokannya dengan dehaman ringan untuk memulai rapat mereka hari ini.

"Seperti yang kita semua ketahui, salah satu investor kita memutuskan untuk mundur dari proyek pembangunan di Kintamani. Yang mana, tentu saja memungkinkan adanya hambatan pada pembangunan yang tengah berlangsung," ucap Sentana, tenang.

Seluruh pasang mata tertuju padanya. Dari depan Sentana dapat melihat beberapa raut khawatir nan gelisah dari jajaran direksi yang hadir di ruangan tersebut.

"Investigasi tentang alasan mundurnya investor tersebut mungkin menarik untuk dikaji. Tapi daripada berfokus sepenuhnya kesana, saya lebih setuju kalau direksi pemasaran dan pengembangan mulai mencari investor pengganti mulai dari sekarang."

"Kekosongan posisi itu harus segera di isi untuk memastikan proyek berjalan sesuai dengan rencana dan target."

Beberapa orang dewan direksi mengangguk, terlihat setuju dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sentana. Namun tidak dengan dewan keuangan dan perencanaan yang memasang raut mengkerut di dahinya.

Di Atas KastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang