MESKI netranya sempat mengerjap beberapa kali dengan pandangan yang terjeda sementara, namun tanpa berpikir panjang Mandala mengangguk yakin.
Menerima tantangan yang baru saja terlontar dari bibir Sentana. Bahkan tanpa mengulur lebih banyak waktu, ia membuat kedudukannya berpindah nan naik ke atas pangkuan suaminya sendiri.
Pada detik ini, Sentana sempat mengerutkan alisnya tajam. Namun itu tak berlangsung lama, sebab jemari lentik Mandala segera mendarat di rahangnya. Membuatnya mau tak mau mendongak kearah perempuan tersebut lantas sontak memejam kala Mandala melesak dalam tautan.
Ini gila, sungguhan.
Jangan tanyakan bagaimana debar jantung keduanya saat ini. Sebab jawabannya sudah sangat jelas, mereka berdentum hebat bahkan mulai berdesir teramat kuat.
Terlebih Mandala, perempuan itu sampai harus meringis dalam diam sembari menangkup penuh wajah Sentana di bawahnya. Membuat seluruh tingkahnya yang tengah melumat bibir Sentana terasa tenang nan datar. Sebisa mungkin ia berlagak biasa-biasa saja di saat tangannya mulai terasa dingin nan mati rasa.
Dalam-dalam Mandala melesak. Bibirnya membuai milik Sentana yang telah berhasil ia buat basah di seluruh inci.
Perempuan itu mencumbu dengan tempo cepat nan kasar. Sudut demi sudut Mandala cecap lamat, tidak membiarkan satu inci pun terlewat sebab ia harus membuktikan dan membuat Sentana menyadari bahwa ia bukan lawan yang sebanding.
Sentana harus tau bahwa Mandala akan selalu berada di atasnya.
Dan posisi Sentana harus selalu lebih rendah dari tumit kakinya.
Mulanya hanya Mandala yang meniti seluruh inci bibir Sentana. Sampai pada detik dimana Mandala memiringkan kepala hendak memperdalam pangutan, saat itu juga Sentana meletakkan tangannya melingkar pada pinggang Mandala.
Tubuhnya yang sedari tadi menegang, kini bersandar santai di sofa. Pun perlahan Sentana membuka bibirnya menerima Mandala yang bertindak angkuh dalam ciuman.
Lagipula, kenapa Sentana harus menghindar? Semua kejadian yang berlangsung saat ini adalah ulah Mandala. Perempuan itu yang lebih dulu menciumnya. Pun Mandala yang dengan sukarela naik keatas pangkuannya.
Sentana tidak membawa arah perdebatan mereka pada kontak fisik apapun, justru sejak awal Mandala sendiri yang melakukan itu.
Jadi, tidak salah kan jika Sentana akan menerima ini semua?
Mandala itu perempuan keras kepala yang merasa dirinya begitu sempurna. Dan semakin Sentana diamkan, maka Mandala akan semakin banyak bertingkah.
Jadi jalan keluarnya hanya mengimbangi permainan istrinya tersebut.
Apple to apple.
Jika Mandala merasa ia memiliki kekuatan dan kuasa untuk mengalahkan Sentana. Maka begitu pula dengan Sentana, ia juga sanggup membalikkan keadaan dengan segala kemampuan, kuasa, dan kekuatannya untuk mengalahkan Mandala.
Permainan mereka harus adil. Harus imbang.
Di tengah kegiatan mereka, Sentana membuka matanya pelan. Ia tatap sejenak wajah Mandala yang nampak memerah di atasnya. Bahkan alis istrinya itu nampak berpaut lemah. Membuat kelibat senyum panas terbit di wajah Sentana. Pun detik selanjutnya pria itu membawa seluruh lengannya untuk merengkuh utuh-utuh pinggang Mandala di atasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Kasta
RomancePernikahan yang terjadi tanpa landasan perasaan. Menjunjung tinggi wangsa nan tatanan budaya di masyarakat. Dan mengesampingkan seluruh kebahagiaan. Sentana Loka dan Mandala Bhuana telah terjebak dalam dalih pernikahan yang saling mengikat satu sa...