Chapter 09

15.8K 982 106
                                    

PUKUL enam pagi Mandala telah selesai mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke kantor. Sembari menenteng tas bahu di tangan kirinya, perempuan itu menyambut udara pagi yang masuk kala pintu rumahnya terbuka sedikit.

Mandala suka suasana pagi hari yang seperti ini. Yang dihiasi dengan sinar mentari hangat dan derai angin sejuk. Terlebih saat ia dapat menghabiskan hari-hari tenangnya sendirian tanpa interupsi dari oknum-oknum penggangu.

Rasanya, Mandala bisa hidup sampai seratus tahun lagi jika terus begini.

Ia suka hidupnya yang damai.

Dengan langkah ringan, perempuan itu keluar dari pintu rumah menuju teras depan. Rongga dada Mandala terasa begitu sejuk kala menghirup udara pagi yang memenuhi paru-parunya.

Belum beberapa saat ia berdiri, menikmati hidupnya yang terasa indah pagi ini, mendadak Mandala mengerjap pun mengeluarkan decakan nyaring dari bibir. "Duh. Mobil si penculik dirumah gue lagi." celetuk perempuan itu.

Baru saja menyadari bahwa sebuah mobil Jeep Rubicon hitam tengah terparkir tepat di depan dinding halaman rumahnya.

Itu mobil milik Sentana. Mobil dua pintu dengan ban besar yang identik dengan image para penculik itu— adalah milik suaminya yang sedang terpatri rapi. Seolah telah berada disana untuk beberapa waktu yang lama namun entah bagaimana bisa ada disini.

Memutuskan untuk abai dengan pemandangan yang ada di depan rumahnya saat ini, Mandala bergedik pelan tanda acuh. Perempuan itu lantas melangkahkan tungkai kakinya menuruni beberapa pijak tangga kecil untuk menggapai mobil kesayangannya.

"Mau kemana?"

Suara bariton seorang pria berhasil memecah diamnya. Membuat Mandala mau tak mau berhenti melangkah dan melempar toleh kesamping. "Bukan urusan kamu." ketus ia menjawab.

"Kenapa nggak bales chatku kemarin?" tak membiarkan Mandala melanjutkan langkahnya, Sentana kembali berucap.

Alis Mandala bertaut. "All human being are born with freedom. Jadi, masalahnya dimana kalo aku nggak bales chat kamu? Its my choice to take action and deciding what happens next. Not yours."

Tentu saja. Tentu saja Mandala akan menjawab dengan lontaran kata yang melantur tak jelas dan bersifat menyudutkan. Sentana sudah sangat terbiasa dengan hal itu.

Namun bukan itu yang jadi poin penting pembicaraan mereka saat ini, sebab sejatinya Sentana hanya sedang mengulur waktu Mandala untuk menyita fokus perempuan itu.

Dan melancarkan aksinya.

"You should come home with me. We need to talk." lugas Sentana berucap. Matanya memandang kearah Mandala sesekali ia melirik pada mobil perempuan itu yang lampunya mulai menyala.

Menaikkan alisnya dengan riak wajah yang nampak terkejut. Mandala menyeringai sudut. "Who are you to telling me what to do?"

Sentana melangkah sekali. Membuat dirinya berdiri tepat di depan Mandala dan menunduk kecil untuk menatap perempuan di hadapannya itu. Sempat ia terkekeh rendah sejenak. "Simply because your car are gone?"

Pada detik yang sama Mandala menoleh. Mendelik gerak matanya berputar kala mendapati mobilnya berjalan sendiri begitu saja. "Bu," lantas semakin melotot besar saja saat seseorang di dalam mobil menyapa dengan senyum kikuk. Pun cepat-cepat menaikkan kembali kaca mobilnya dan melaju kencang.

Di Atas KastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang