Bab 49 - Bersatunya Keluarga

529 34 7
                                    

Tulisan saya memang banyak Typo-nya, mohon dimaklumi ya. Saya bukan penulis profesional, hanya seorang amatir 🙏.
*****

Ruis langung melompat, bahkan sebelum motor roda tiga itu berhenti. Lelaki itu langsung berlari menuju arah Aris dan kawan-kawannya berada.

"Bang Aris!" Teriaknya antusias, dan brukk! Dia memeluk Aris begitu erat dan lama.

"Ehem!" Sindir dua lelaki secara bersamaan, Apek dan Nando yang berdehem.

Dengan kikuk, Ruis melepaskan pelukan itu.
"Maaf, habisnya kangen?" Malu Ruis.

"Sama saya tidak kangen, Dang?" Celetuk Marot. Ruis langsung mencibir.

Namun Nando berkata lain, "Kangen kok! Sini saya peluk!" Nando benar-benar memeluk Marot, dia bermaksud balas dendam ternyata pada Ruis. Nando memeluk Marot sambil menggelung pinggang lelaki itu dengan rapat. Nando mengangkat Marot dan mengajaknya berputar-putar. Ruis langsung mencibir.

Brakk! Dua lelaki yang berpelukan tadi terbanting, hal itu karena Nando tak menyangka badan Marot berat juga.

"Syukur!" Girang Ruis.

Suasana bahagia itu terus berlanjut, semua orang saling berjabat tangan dan berpelukan.

"Syukurlah, Aris sudah ketemu!" Ucap Nando saat berjabat tangan dengan Aris.

"Ya, tapi sekarang kaki kiriku lumpuh, Ndo! Tak akan selincah dulu lagi!" Ujar Aris.

Serta merta Ruis dan Nando mengalihkan mata memperhatikan kaki kiri Aris.

"Efek racun yang saya idap, membuat kaki kiri saya harus dikorbankan agar racunnya tidak menyebar," terang Aris.

Untuk sesaat mereka dilanda hening, Ruis dan Nando turut prihatin. Marot tanggap dengan menaikkan barang-barang bawaan mereka ke atas gerobak motor.

Saat itu pula seseorang menegur mereka, "Sudah sampai, ya?"

Semua orang serta merta mengalihkan pandangan pada orang yang menegur tadi.

Ruis dan Nando menganga secara bersamaan saat melihat seorang pria ganteng tegak beberapa langkah dari mereka.

"Dang Tala!"
****

Motor roda tiga itu melaju dengan disopiri oleh Nando, gerobak yang ditarik motor itu tampak sempit, ada lima orang yang meringkuk  berjajar di dalamnya seperti ikan asin, belum lagi tas-tas bawaan. Sepanjang perjalanan, Aris dan Apek menceritakan kejadian-kejadian menarik yang mereka lalui selama di kota. Pun begity dengan Tala.

"Apek diculik dan hampir dijadikan tumbal oleh ayahnya Flora," Tutur Aris saat pembicaraan mereka sampai ke sana.

Ruis dan Nando merinding mendengarnya.

"Ku pikir sekte sesat cuma ada di film-film. Ternyata benaran ada di dunia nyata. Flora dan keluarganya benar-benar pengikut iblis!" Tanggap Nando.

"Ya, untung saja saya selamat. Kalau tidak punggungku pasti sudah dikuliti buat diambil kulitnya," ujar Apek.

"Bagaimana dengan ayahnya Flora itu?" Penasaran Ruis.

"Ayahnya Flora itu ternyata wakil walikota, dia sudah mati bunuh diri." Jawab Apek.

"Kejahatannya juga terbongkar. Skandal korupsi dan terlibat beberapa kali melakukan pembakaran lahan dan hutan lindung, konon dia sudah menerima suap beberapa bos tambang ilegal juga bos perkebunan sawit. Saat ini kasusnya masih terus diusut," beber Aris menimpali.

"Sudah, jangan bahas-bahas yang seram-seram lagi!" Celetuk Nando, sedari tadi dia sudah merinding.

"Huh, pekerjaan saja yang polisi. Tapi pengecut!" Ejek Ruis.

Ksatria Lembah Tarang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang