CHAPTER 2

156 20 19
                                    

"Ini takdir macam apa, sih? Kok bisa-bisanya kita terpilih buat jadi satu kelompok lagi di perkemahan?" protes Ayu, tak bisa menerima kenyataan kalau dirinya dan Daira harus kembali bergelut dengan kelima sahabat cowok mereka.

"Udah, enggak usah protes. Bersyukur ajalah, Ay. Lagian, kapan lagi lo bisa berada satu kelompok sama cowok-cowok ganteng kaya kita berlima," sahut Alden, sambil memakai kacamata hitam yang dibawanya.

Daira memutar kedua bola matanya.

"Ganteng doang, akhlaknya kurang," sindirnya.

Alden pun mencebik setelah mendengar sindiran dari Daira yang begitu blak-blakan.

"Rafa juga kurang berakhlak, Day. Mau lo sindir sekalian, enggak?" tawar Iqbal, yang baru akan berjuang memasang tenda.

"Gue enggak cuma nyindir si Al, ya, Bal. Gue nyindir elo berlima," Daira menegaskan.

Ayu pun tertawa terbahak-bahak, sambil mengikat erat tali yang ada pada tenda. Tenda itu akan ia tempati bersama Day, setelah caraka malam selesai nanti.

"Enggak usah ketawa lo, Ay. Jangan bikin Kuntilanak di daerah sini insecure, deh," sewot Denis.

"Heh! Enggak usah nyebut-nyebut Nyonya Kunti, ya! Nanti kalau dia datang beneran, gue enggak akan mau nolongin elo!" tegur Rafa, yang sebenarnya tidak siap untuk melihat hal-hal baru yang berasal bukan dari dunianya.

"Alah, bilang aja lo takut sama Kuntilanak!" sewot Daira, dengan kedua mata menyipit yang tertuju tepat ke arah Rafa.

"Sembarangan! Gue enggak takut! Gue cuma enggak mau kena getahnya aja, kalau sampai mereka berempat yang ketakutan!" balas Rafa, tak kalah sengit pada Daira.

HI ... HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI!!!

"ARRRRGGGGGGHHHHH!!! APAAN TUH???" teriak Rafa, tak segan-segan sama sekali.

Daira dan Ayu pun cengo di tempat mereka berdiri saat itu, usai mendengar teriakan lantang Rafa setelah mendengar bunyi nada dering di ponsel milik Denis. Alden, Denis, Farhan, dan Iqbal pun tertawa berguling-guling di atas tanah perkemahan, ketika melihat bagaimana ekspresi Rafa yang tak lagi terlihat gagah sama sekali.

"Mulut sama kelakuan kok bisa beda seratus delapan puluh derajat begitu, ya? Heran gue," tanggap Daira, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Enggak usah banyak ngomong, lo! Gue bukan takut, tapi kaget!" Rafa masih mencoba menyelamatkan harga dirinya di hadapan Daira.

"Udah ..., udah ... enggak usah main sindir-sindiran melulu. Sekarang tentuin deh, siapa-siapa yang bakal tidur satu tenda bersama," saran Alden.

"Gue sama, Day!"

Ayu pun mencengkram tubuh Daira ke dalam pelukannya dengan sangat kuat. Daira pun segera menunjukkan bahwa dirinya tengah menahan nafas, akibat pelukan Ayu.

"Ya kali, Ay ... gue ... mau ... tidur ... setenda ... sama ... siluman ... kaya ... mereka ... berlima!" Daira berusaha mempertahankan sisa-sisa oksigen yang masih ada di dalam paru-parunya.

"Pokoknya mereka harus tahu, Day, kalau elo bakalan tidur setenda sama gue," balas Ayu, dengan gaya sangat imut dan manis.

"Iya ... iya ... kita tahu, kok, kalau pada akhirnya lo bakalan jalan berdua sama Day, satu tenda sama Day, dan bahkan tidur nanti sama Day. Tapi ...." Alden berusaha menjelaskan.

"Tapi apa?!!" gertak Ayu, sambil melotot.

Membuat yang lainnya terlonjak serempak dalam sekejap di tempat mereka masing-masing.

"Astaga dragon! Ngagetin aja sih lo, Ay! Enggak tahu apa, jantung gue sensitif?" tegur Denis, sambil memeluk setengah badan Rafa dan satu kakinya terangkat.

Sohib By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang