"Kelompok besaran di bawah ini yang termasuk besaran vektor adalah? A. kelajuan, kuat arus, gaya. B. energi, usaha, banyak mol zat. C. kecepatan, momentum, kuat arus listrik. D. tegangan, intensitas cahaya, gaya. E. gaya, percepatan, waktu. Mana yang benar nih?" tanya Denis, sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Yang C, Denis. Jawabannya yang C," jawab Farhan.
"Tahu darimana, lo?" selidik Denis.
"Baca di buku, Den. Itu buku lo dibuka, terus dibaca. Bukan disimpan dan dijadiin jimat!" sindir Daira, telak.
Rafa pun tertawa terpingkal-pingkal hingga terjungkal ke belakang, usai mendengar sindiran Daira untuk Denis. Farhan pun membuka buku cetaknya, dan memperlihatkan jawaban pada Denis.
"Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Nah, dari semua pilihan jawaban yang lo tanyakan tadi, yang paling cocok adalah C. momentum, kecepatan, kuat arus listrik! Fahimtum?"
"Fahimna," jawab Denis, mengikuti serial Kun Anta.
"Fahim-fahim, doang. Buku dijadiin prasasti! Baca dong," Ayu ikut menyindir.
"Gue baca kok, Ay. Masa iya buku gue beli tapi enggak gue baca," sanggah Denis.
"Kapan lo baca itu buku?" tanya Iqbal.
"Kalau gue ingat," jawab Denis.
Sontak saja lemparan buku tulis, kotak pensil, serutan, penghapus, tipe-ex, penggaris, jangka, busur, spidol, dan penghapus papan tulis akhirnya mendarat dengan mulus di wajah Denis secara bersamaan. Denis pun akhirnya merasa habis dihujani oleh meteor.
"Sekarang giliran gue," ujar Farhan. "Pada perlombaan tarik tambang, kelompok A menarik ke arah timur dengan gaya 700 Newton. Kelompok B menarik ke barat dengan gaya 665 Newton. Kelompok yang memenangi perlombaan adalah kelompok?"
"Tergantung wasit!" jawab Denis.
Semua mata kini kembali menatap ke arah Denis dengan dahi berkerut.
"Kok tergantung wasit?" tanya Alden.
"Ya tergantung wasit, lah. Kalau wasitnya adil, kemungkinan kelompok A yang bakal menang karena tarikannya lebih kuat. Kalau wasitnya curang dan berat sebelah, ya, pasti kelompok B yang bakal menang meski tarikannya enggak sekuat tarikan kelompok A," jelas Denis, penuh percaya diri.
"Nih ada yang mau bikin sohib geprek, enggak? Kalau ada, gue mau ngajuin si Denis buat digeprek," geram Daira.
Denis pun mendelik, lalu mendapatkan jitakan dari Farhan yang membuatnya meringis kesakitan.
"Gue belum sebutin pilihan jawabannya, ege! Main jawab-jawab aja lo!" omelnya, sambil kembali membuka kertas berisi soal latihan. "A. A dengan resultan gaya 25 Newton. B. A dengan resultan gaya 35 Newton. C. B dengan resultan gaya 25 Newton. D. B dengan resultan gaya 35 Newton. E. B dengan resultan gaya 45 Newton. Yang mana nih, kira-kira?" tanya Farhan.
Daira pun segera menulis di white board kecil milik Denis.
"Kalau ada dua vektor yang saling berlawanan arah, maka akan menggunakan rumus yang dikurangi. R sama dengan A dikurangi B, berarti R sama dengan tujuh ratus dikurangi enam ratus enam puluh lima. Hasilnya, R sama dengan 35 Newton. Nah, yang menang adalah kelompok A. Jadi jawaban untuk soal itu adalah B. A dengan resultan gaya 35 Newton," jelas Daira.
"Nah ... itu baru jawaban buat soal Fisika! Bukan kayak jawaban si Denis, pertanyaan yang dikasih merujuk pada Fisika, jawabannya merujuk pada PPKN yang membahas moral seorang wasit," cibir Farhan.
Denis pun hanya bisa nyengir kuda sambil menutupi wajahnya yang imut dengan buku tulis. Tepat pada pukul sebelas siang, semua PR yang diberikan oleh sekolah baru saja selesai dikerjakan. Setelah lari pagi tadi, Rafa dan Daira mengusulkan untuk belajar bersama di rumah Alden, agar tugas-tugas mereka tidak ada lagi yang tertunda. Mereka pun setuju, sehingga semua akhirnya belajar bersama di rumah Alden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sohib By Accident
HumorIni kisah anak SMA yang benar-benar di luar dugaan. Percayalah, tidak akan ada yang percaya kalau ini kisah anak SMA. Bahkan, penulisnya pun ragu kalau mereka adalah anak SMA. Tapi, inilah kisah anak SMA. Jika ingin protes, katakanlah pada mereka.