Denis keluar dari toilet dengan wajah menekuk dan penuh dendam. Keenam sahabatnya berusaha untuk tidak membuka mulut sama sekali, setelah terbongkarnya sandiwara mereka, usai perawat UKS menegur kelakuan jin ifrit yang mereka kerjakan tadi.
"Ini gimana urusannya? Gambarnya Enggak mau hilang!" omel Denis, sambil terus menggosok-gosok perutnya yang telah digambar oleh Rafa, persis terlihat seperti bekas jahitan.
"Maaf, Den, itu spidolnya permanen," ujar Rafa, kalem.
Denis mendelik, lalu melempar selimut, bantal, ranjang, dan tiang infus ke arah Rafa. Rafa pun segera bersembunyi di balik punggung Daira, sehingga membuat gadis imut nan ganas itu terlihat seperti tameng.
"Gue harus bilang apa sama Emak gue, Raf? Gimana kalau dia pikir ini adalah tato? Nama gue bakalan dicoret dari daftar Kartu Keluarga, dari daftar ahli waris kebun durian, dan bahkan dari daftar kartu BPJS yang kemarin di daftarin sama Bapak gue! Gimana, ini???"
Denis kembali menangis meraung-raung sambil berguling-guling di lantai UKS, tanpa peduli bagaimana tatapan perawat UKS yang sedang membereskan isi kotak P3K.
"Udah, Den. Enggak usah terlalu dramatis. Mana ada, tato yang gambarnya bekas jahitan? Keren enggak, merunyamkan pemandangan mah, iya," ujar Ayu, santuy.
"Lo bisa ngomong begitu karena bukan elo yang ada di posisi gue, Ay! Lo enggak tahu betapa singanya Emak gue! Sesinga-singanya Day, lebih parah lagi kalau Emak gue yang jadi singa," ratap Denis, seakan tahu kalau dirinya akan menerima siksa kubur.
Farhan dan Alden membantu pria itu bangun dari lantai, lalu membiarkan Iqbal maju ke hadapannya.
"Ayo, gue bantu hilangin gambar itu dari perut lo," ujar Iqbal, sambil mengeluarkan sebilah pisau dari sakunya.
Denis pun melotot seketika, seraya menahan nafasnya.
"ENGGAK!!! NANTI SALAH POTONG!!!" teriaknya, histeris.
Denis berlari keluar UKS demi menghindari keenam sahabatnya. Sementara itu, keenam sahabatnya hanya bisa cengo di tempat mereka masing-masing.
"Salah potong? Emangnya apaan yang mau dipotong?" tanya Daira.
"Enggak tahu. Gue ngeluarin pisau ini buat buka kaleng thinner, nih, bukan buat motong-motong," jawab Iqbal, polos.
* * *
Julaeha melotot penuh emosi.
"Anak kurang ajar! Berani-beraninya perut digambar-gambar kayak tato! Enggak malu kamu teh?" tanya Julaeha--Ibu kandung Denis, yang kini telah menjelma menjadi seekor singa.
"Ampun, Mak. Bukan Denis, kok, yang salah. Kita aja yang jahil," ujar Alden, mengakui.
"Iya, Mak. Denis anak baik ,kok, Mak. Enggak pernah macam-macam dia di luar sana," jelas Rafa, menahan sakit.
"Ampunin Denis, Mak. Biar kita yang bertanggung jawab penuh atas gambar dari spidol permanennya Rafa," pinta Daira.
Julaeha pun menatap ketujuh anak yang tengah dijemur dengan posisi terbalik olehnya, di pagar bambu. Ketika mereka datang tadi, pengakuanlah yang pertama kali terucap dari bibir mereka. Sehingga membuat Julaeha meminta mereka berganti pakaian dengan pakaian olahraga, lalu mulai menjemur mereka secara terbalik sebagai hukuman.
"Enggak bisa! Pokoknya kalau kalian berbuat salah, si Denis tetap kudu Emak hukum! Satu salah, salah semua! Enggak ada pilih-pilih!" tegas Julaeha, sambil menyuapi makanan pada ketujuh anak-anak itu."Tapi, Mak ...." Iqbal berusaha mengatakan sesuatu.
Namun Julaeha telah lebih dulu menyuapi mulutnya dengan makanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sohib By Accident
HumorIni kisah anak SMA yang benar-benar di luar dugaan. Percayalah, tidak akan ada yang percaya kalau ini kisah anak SMA. Bahkan, penulisnya pun ragu kalau mereka adalah anak SMA. Tapi, inilah kisah anak SMA. Jika ingin protes, katakanlah pada mereka.