CHAPTER 19

26 5 13
                                    

"Hari ini banyak banget pelajaran kosong, ya," keluh Farhan.

Daira--yang tengah bermain bersama Iqbal junior--pun menoleh ke arahnya.

"Biasanya juga kalau semua Guru datang dan pelajaran full, elo ngeluh karena capek belajar. Tumben banget hari ini lo ngeluh karena banyak jam kosong," sindir Daira, sambil tertawa pelan.

"Bukannya begitu, Day. Kadang juga kalau pelajaran lagi full, Guru suka kelewat batas ngajarnya. Kadang jam istirahat kita dirampok, kadang juga jam pulang kita diulur. 'Kan gue sebel kalau kayak begitu," jelas Farhan.

"Alah ... bilang aja lo mau cepat-cepat keluar kelas karena mau nempel-nempel sama Ay. Enggak usah pakai alasan deh, gue kenal elo bukan sehari-dua hari."

Farhan pun nyengir kuda di hadapan Daira, setelah mendengar tebakan Daira yang tepat sasaran. Rafa dan Denis datang ke kelas itu tak lama kemudian. Rafa segera meraih 'Iqbal junior' dan membiarkannya nangkring di pundak.

"Jam kosong lagi untuk yang kesekian kalinya. Guru kita kayaknya pada sakit berjamaah, deh," ujar Denis.

"Enggak semuanya sakit, kok. Ada juga yang izin karena ada keperluan mendadak," tanggap Daira.

"Ngomong-ngomong, ada yang punya cemilan enggak, nih?" tanya Denis, sambil berupaya melongok ke dalam tas milik Farhan dan Daira.

"Ada nih, makanan khususnya Iqbal junior. Mau enggak?" tawar Daira.

Rafa dan Farhan pun tertawa seketika. Denis menyipitkan kedua matanya sambil menatap Daira dengan gemas.

"Gue bukan burung, Day," sewotnya.

"Bukan burung tapi makan rakus banget kayak burung. Bukannya tadi sebelum bel masuk, elo udah beli cilor sama cireng ya, di depan?" balas Daira, tak kalah sewot.

"Udah habis lah! Cilor cuma sepuluh tusuk sama cireng isi ayam tiga, enggak cukup buat gue yang masih dalam masa pertumbuhan," jawab Denis.

"Apa??? Cuma??? Cilor sepuluh tusuk dan tiga cireng isi ayam lo bilang cuma???" Farhan mendelik tak karu-karuan ke arah Denis.

"Enggak usah kaget, Han. Si Denis kalau makan tidak beserta dengan gerobaknya, maka dia belum bisa dibilang makan," Rafa memberi pengertian paling sederhana yang bisa dicerna oleh Farhan.

Daira pun berhenti mengacuhkan Denis. Ia kembali meminta 'Iqbal junior' yang masih bertengger di pundak Rafa.

"Nanti pas pulang kandangnya 'Iqbal junior' kita bersihin sama-sama, ya," ajak Rafa.

"Oke. Sekalian gue mau isi ulang air minum sama makanannya juga," balas Daira, setuju.

Suara speaker dari ruang Tata Usaha pun terdengar begitu jelas. Sepertinya akan ada pengumuman yang disampaikan oleh salah satu Guru yang ada di sana.

"Perhatian, untuk seluruh kelas 10 IPA dan kelas 10 IPS, silakan berkumpul di lapangan. Sekali lagi, untuk kelas 10 IPA dan kelas 10 IPS, silakan berkumpul di lapangan. Terima kasih."

Pengumuman itu pun berakhir. Suara speaker dari ruang Tata Usaha sudah kembali dimatikan.

"Ada apa, ya? Tumben Pak Arman nyuruh kita semua ke lapangan," Denis bertanya-tanya.

"Mungkin akan ada bantuan sosial untuk kita, Den," jawab Farhan.

"Hm ... mulai lagi ngaconya!" geram Daira.

Pak Arman mengumpulkan semua siswa kelas 10 di lapangan, mulai dari kelas IPA ataupun kelas IPS. Mereka berbaris sesuai dengan urutan kelas masing-masing, sehingga tidak perlu tercampur sama sekali. Farhan menatap ke arah Denis yang berbaris tepat di depan Rafa pada barisan kelas 10 IPA 1.

Sohib By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang