CHAPTER 18

36 5 10
                                    

Badrun yang awalnya berniat membuat Iqbal marah terhadap Shena--sesuai dengan yang diinstruksikan oleh Roni yang masih dendam terhadap Farhan, Ayu, dan Daira--pun tiba-tiba kebingungan sendiri. Iqbal yang seharusnya marah, malah justru tertawa cengengesan dan terlihat tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi.

"Kok, elo enggak marah?" tanya Shena, yang sebenarnya ingin sekali melihat Iqbal marah.

Gadis itu menyukai Iqbal, begitu pula dengan Iqbal. Namun, Iqbal lebih memilih fokus pada sekolah ketimbang percintaan.

"Kenapa gue harus marah? Itu 'kan hak elo, Kak, kalau mau jadian sama cowok manapun. Gue 'kan udah bilang sama elo, kalau gue mau fokus sama sekolah. Kalau lo suka gue, maka lo harus bersedia menunggu. Tapi gue rasa, lo enggak bersedia, jadi ... ya silakan aja pacaran sama Badrun. Gue enggak perlu marah," jawab Iqbal, kalem.

Shena berusaha menahan airmatanya.

"Seharusnya lo perjuangin gue!" teriak Shena, marah.

"Seharusnya lo berjuang sama gue. Bukan cuma gue yang harus memperjuangkan elo, tapi lo enggak memperjuangkan gue, Kak. Cinta itu antara dua orang, bukan cuma salah satu. Kalau salah satu enggak mau berjuang, ya, buat apa punya hubungan?" balas Iqbal, dengan sangat jelas.

Membuat Shena terdiam dan tak bisa lagi berkata apa-apa. Iqbal bangkit dari kursinya, lalu berjalan hendak keluar kelas.

"Oh ya, satu lagi," ujar Iqbal seraya menatap Shena. "Sahabat gue cuma ada enam dan semua orang tahu kalau gue lengket banget sama mereka. Kenapa? Karena cuma mereka yang mau berjuang sama-sama bareng gue, tanpa menuntut apa pun yang enggak bisa gue lakukan. Lain kali kalau ada yang ngajak elo berjuang, maka ikutlah berjuang dan jangan biarkan orang itu berjuang sendirian. Biar lo enggak perlu kehilangan."

Shena menangis, namun Iqbal sudah tak peduli. Iqbal pun benar-benar berjalan keluar kelas, sambil mengetik sesuatu pada layar ponselnya. Rafa dan Denis membuka ponsel mereka, begitu pula dengan Daira, Farhan, Alden dan Ayu, lalu mereka membaca isi WhatsApp dari Iqbal.

IQBAL GUANTENG
Cabut gengs! Tulang hati gue patah!

Mereka pun mulai membalas, satu-persatu.

Farhan milik Ayu
Njirrr! Sejak kapan hati punya tulang? Kuy lah, cabut! 😅

Ayu milik Farhan
Wah, sejarah baru nih buat anak IPS. Dipatahin ama siapa itu tulang hati lo, Bal? Sini gue patahin balik ... tulang-tulang di badannya tapi 🤣

Rafa
Hayuk ... kebetulan gue lagi eneg lihat mukanya Pak Sobri. 😌

Daira
Kuy! 😉

Alden
Gue ngakak dulu boleh, enggak? 🤣

Denis
Angin ribut, di atas rumah Ayu, diajak cabut, ya gue mau! 😁

Mereka bertemu di pinggiran gedung sekolah yang tak terpantau CCTV, lalu mengendap-endap keluar dari sekolah agar tak ada yang melihat.

"By the way, kita mau ke mana, nih?" tanya Daira.

"Ke rumah gue, Day. Gue mau karaoke sampai pagi," jawab Iqbal.

Alden mendelik.

"Lah? Karaoke sampai pagi? Ini 'kan masih pagi, Bal! Karaokenya dua puluh empat jam, gitu?" Alden ingin memperjelas.

"Yo-i!!!" jawab semuanya, serempak.

Alden pun menggaruk-garuk kepalanya dengan frustrasi. Ia sangat tidak siap untuk mengeluarkan suara emasnya saat ini, karena kebetulan tenggorokannya sedang mengalami radang akibat banyak makan gorengan Bu Kantin.

Sohib By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang