CHAPTER 10

57 6 2
                                    

"Permintaan dan Penawaran adalah dua kekuatan yang secara bersamaan menggerakkan perekonomian. Alden, apa itu permintaan?" tanya Pak Hari--Guru Ekonomi.

"Permintaan adalah sejumlah barang dan jasa yang diinginkan untuk dibeli, untuk memenuhi kebutuhan pada berbagai tingkat harga dan waktu tertentu di pasar," jawab Alden.

"Ya, bagus Alden. Permintaan dapat dibagi menjadi dua bagian. Ayu, sebutkan dua bagian permintaan!" perintah Pak Hari.

"Permintaan absolut dan permintaan efektif. Permintaan absolut adalah permintaan terhadap barang dan jasa secara umum, dengan disertai atau tidak disertai dengan kemampuan untuk membeli. Sementara permintaan efektif adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang disertai dengan kemampuan untuk membeli," jawab Ayu.

"Iya, bagus sekali Ayu. Selanjutnya ...."

Ketika jam pelajaran Ekonomi berakhir, kepala Ayu menggelepar di atas meja dan mengeluarkan asap. Alden tertawa saat melihat hal tersebut di sampingnya.

"Kenapa lo, Ay? Semaput?" tanya Alden.

"Lebih tepatnya gue depresi, Al. Pak Hari ngajar Ekonomi kaya lagi menggelar ujian lisan. Untung gue udah menghafal sejak minggu lalu tentang materi tadi. Kalau enggak, tamat riwayat hidup dan riwayat prestasi gue," jawab Ayu, sambil memutar-mutar bola matanya.

Alden terkekeh pelan.

"Bersyukur aja deh, Ay. Lo enggak lihat itu si Esti sampai nangis-nangis gara-gara ditanya berulang-ulang sama Pak Hari? Syukur banget kita cuma ditanya satu kali," ujar Alden.

"Ya, itu sih karena Pak Hari tahu, kalau otak kita berdua emang enggak perlu diragukan. Tapi 'kan tetap aja, Al, gue deg-degan selama dua jam mata pelajaran tadi," rajuk Ayu.

Tia--anak kelas 11 IPS 2--tiba-tiba berhenti di depan jendela kelas 10 IPS 1.

"Ayu," panggilnya.

Ayu pun berbalik dan tersenyum ke arah Tia.

"Iya, Kak Tia. Ada apa?" tanya Ayu.

"Lo dapat salam dari Kak Roni," ujar Tia, menyampaikan.

Seketika itu juga, Ayu pun kehilangan senyumannya dan ekspresinya berganti dengan wajah yang serba salah.

"Oh ... iya Kak Tia, terima kasih atas penyampaiannya," ujar Ayu.

"Mau dibalas enggak?" goda Tia.

"Enggak, Kak. Ayunya udah punya cowok idaman di kelas 10 IPA 2," jawab Alden, agar Tia bisa segera pergi dari luar kelas mereka.

"Oh, gitu. Oke deh, nanti gue sampaikan balik sama Kak Roni," balas Tia, yang kini gantian jadi serba salah.

Setelah Tia berlalu, Ayu kembali merebahkan kepalanya di atas meja.

"Gue jadi lemas pas dengar apa yang dia sampaikan, Al. Gue takut mau keluar kelas. Malu," rengek Ayu.

"Tenang, lo 'kan enggak keluar kelas sendirian. Ada gue, ada Iqbal dari kelas sebelah. Di bawah malah ada Day, Rafa, Denis, dan belahan jiwa lo, si Farhan," ujar Alden, santai.

"Ish! Enggak usah sebut-sebut namanya si Farhan, deh! Gue benci sama dia!" tegas Ayu.

"Benci? Benar-benar cinta, 'kan?" tanya Alden.

"Iya ...." jawab Ayu, sambil menangis meraung-raung di mejanya.

"Lah, terus kalau cinta kenapa malah ditangisin?" Alden kebingungan.

"Yang gue cinta enggak punya hati, Al. Perasaan gue digantungin melulu kaya jemuran!"

Alden pun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Sohib By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang