Dengan kondisi rambut yang basah kuyup usai menyelam, Iqbal akhirnya diseret oleh Rafa dan yang lainnya untuk keluar dari Seaworld. Rambutnya yang begitu rapi dan indah sejak pagi, kini telah berubah menjadi lepek dengan air yang menetes-netes dari setiap ujungnya. Tubuhnya masih menggigil, namun sayangnya tak ada yang peduli sama sekali.
"Ng ... ng ... ng ..." Iqbal mulai mengeluarkan suara berdengung.
"Bal, mau makan apa?" tanya Farhan.
"Ng ... ng ... ng ..." jawab Iqbal.
Alden mengangkat tangannya dan mewakili Iqbal berbicara, alias menerjemahkan.
"Katanya nasi goreng aja, Han," ujar Alden.
"Pakai sayuran, enggak?" tanya Farhan lagi.
"Ng ... ng ... ng ...."
"Jangan katanya, Han. Enggak suka," Alden kembali menerjemahkan.
"Oke! Eh ... mau pakai telur, enggak?" Farhan memastikan sekali lagi.
"Ng ... ng ... ng ...."
"Enggak usah, Han. Udah punya, katanya."
Iqbal pun melotot seketika, begitu pula dengan yang lainnya. Alden pun tersadar.
"Oh, udah menetas, Han. Lupa gue! Sorry ... sorry ..." ujar Alden, seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada dengan sopan.
Farhan pun segera pergi memesankan makanan untuk semua orang. Denis menatap Alden dengan raut wajah kebingungan.
"Al, sejak kapan lo bisa menerjemahkan bahasa lebah?" tanyanya, polos.
"Hah? Bahasa lebah? Dari mana gue menerjemahkan bahasa lebah, Den? Ngaco deh lo!" jawab Alden, ikut kebingungan.
"Itu barusan, si Iqbal mendengung doang dari tadi kaya lebah. Tapi lo bisa dengan mudah menerjemahkan bahasa lebah yang dia pakai," ujar Ayu.
"NG!!! NG!!! NG!!!" Iqbal pun protes.
Alden menatapnya, lalu kembali menatap ke arah Ayu.
"Gue enggak pakai bahasa lebah, Markonah! Gue cuma lagi kedinginan doang! Gitu, kata Iqbal," Alden kembali mentranslate apa yang Iqbal katakan.
Iqbal pun mengacungkan salah satu ibu jarinya ke arah Alden, sebagai penghargaan atas kelebihannya dalam menerjemahkan bahasa lebah.
"Somplak!" gumam Daira.
"Mana lebih somplak sama elo, Day? Mesra doang sama Rafa, jadian mah kagak!" sindir Denis.
Daira nyengir terpaksa.
"Denis ... meskipun begitu, seenggaknya gue enggak kaya si Iqbal yang harus pakai bahasa lebah dan enggak kaya si Alden yang bisa menerjemahkan bahasa lebah!" balas Daira.
Rafa datang dan menyerahkan segelas capucinno cincau pada Daira.
"Nih, Sayang. Diminum," ujar Rafa.
UHUUUUUUKKKKKK!!!
Ayu, Denis, dan Alden tersedak jus alpukat berjama'ah, usai mendengar apa yang Rafa katakan pada Daira. Sementara Iqbal hanya bisa menggerutu di dalam suara dengungannya sendiri. Farhan pun datang, sambil membawa makanan yang dipesannya.
"Loh, kalian pada kenapa?" tanya Farhan, yang tak tahu apa-apa.
"Lo tanya sendiri, deh, sama Rafa dan Day. Enggak ada hujan, enggak ada angin pakai manggil-manggil sayang!" gerutu Alden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sohib By Accident
HumorIni kisah anak SMA yang benar-benar di luar dugaan. Percayalah, tidak akan ada yang percaya kalau ini kisah anak SMA. Bahkan, penulisnya pun ragu kalau mereka adalah anak SMA. Tapi, inilah kisah anak SMA. Jika ingin protes, katakanlah pada mereka.