CHAPTER 28

27 8 0
                                    

"Mang, telur gulungnya lima tusuk," ujar Denis, memesan.

"Tumben. Biasanya kalau pesan selalu lima belas tusuk, enggak pernah kurang," timpal Mang Dadang--penjual Telur Gulung Sejahtera.

Denis pun nyengir sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Anu, Mang, saya lagi diet," jelas Denis.

Mang Dadang pun memanyunkan bibirnya selama beberapa saat, sambil tetap menggoreng telur gulungnya dengan cekatan.

"Hm, sok-sokan diet segala si ujang mah. Memangnya kenapa harus diet? Udah punya pacar, ya?" tebak Mang Dadang, kepo.

"Enggak kok, Mang. Memang pengen diet aja. Lagipula saya enggak mau dijadiin contoh film azab sama sahabat-sahabat saya," jawab Denis, yang teringat sandiwara di UKS.

Alden turun dari motor yang di bawa oleh Lili. Ia kemudian melambaikan tangannya ke arah Denis, saat pria itu menyadari kedatangannya.

"Sarapan, Den?" tanya Lili, menyapa.

"Enggak, Teh, cuma ngemil aja," jawab Denis, jujur.

"Yang banyak ngemilnya, biar pipi kamu tambah tembem. Soalnya lucu," saran Lili.

Denis tertawa serba salah. Di satu sisi ia ingin mengikuti saran para sahabatnya untuk mengurangi makan, namun di sisi lain ia juga lebih ingin mempertahankan pipi tembemnya agar Lili tetap suka. Kedua mata Alden pun menyipit ke arah Kakaknya, lalu merangkul Denis dengan santai.

"Ingat, Den, godaan setan itu selalu datang dengan mendadak, terutama godaan yang berasal dari wanita," ujar Alden, lantang.

Lili menatap Adiknya sambil menahan tawa.

"Kamu teh mau bilang kalau Teteh ini, setan? Kenapa enggak to the point aja?" sindir Lili.

"Memang Teteh, merasa?" tanya Alden, mengejek.

"Hm, si Jalu apa kabarnya, ya? Kayaknya sekarang teh si Jalu udah siap pindah ke kamar Alden," Lili menyalakan mesin motornya, usai memberi ancaman.

Alden pun otomatis mendelik, lalu tersenyum memohon di hadapan Lili.

"Teh, jangan gitu atuh. Adik Teteh 'kan aku, bukan si Jalu," Alden menunjukkan wajah memelas.

"Tadi katanya Teteh adalah setan, sekarang malah ngerayu-rayu lagi," sindir Lili.

"Enggak ... Teteh bukan setan, kok. Aku cuma main-main doang, tadi," jelas Alden.

Lili pun terkikik geli usai melihat tampang Adiknya yang sengsara.

"Ya udah, sana masuk sama Denis. Nanti terlambat," perintah Lili.

"Iya. Teteh hati-hati, ya," pesan Alden seraya berjalan menjauh dari gerbang bersama Denis.

Alden pun mencomot satu tusuk telur gulung dari kantong plastik bening yang dipegang oleh Denis. Membuat pemiliknya ngambek dan melipat wajah sampai kusut.

"Kalau gue tahu lo mau ambil satu tusuk, gue bakal beli enam tusuk, pe'a!" sebalnya.

"Diet, Den. Diet!" Alden mengingatkan.

"Ini udah diet! Makanya gue cuma beli lima tusuk, doang!" balas Denis.

Alden terkikik geli, lalu merangkul Denis yang kini tengah menikmati telur gulungnya.

"Teh Lili katanya mau pindah kampus. Enggak betah katanya tinggal di Bandung," ujar Alden.

"Ya udah. Bagus 'kan jadinya, kalau Teh Lili tinggal di sini. Nyokap lo jadi enggak jauh-jauh lagi dari anak gadisnya," tanggap Denis, positif.

Sohib By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang