CHAPTER 12

41 6 5
                                    

Alden baru saja turun dari tangga yang terarah dari lantai dua dan langsung merangkul Rafa. Mereka berdua berpapasan di koridor saat jam istirahat baru saja dimulai.

"Loh, Ay mana? Tumben enggak jalan bareng sama elo?" tanya Rafa.

"Sekarang dia enggak bakalan jalan bareng sama gue atau Iqbal lagi, Raf. 'Kan lo tahu sendiri, kalau Ay udah jadian sama Farhan. Jelas mereka bakal sering-seringlah jalan berduaan. Maklum, namanya juga lagi kasmaran," jawab Alden.

"Terus, Iqbal juga mana? Kok dia enggak kelihatan?" tanya Rafa lagi.

"Heh! Mata lo katarak, sampai-sampai enggak bisa lihat sosok gue di sini?" omel Iqbal, yang ternyata ada di samping kirinya sejak tadi.

Rafa dan Alden pun terkikik geli saat melihat tampang Iqbal yang tertekuk menjadi dua belas lipatan. Sementara Iqbal menatap mereka berdua dengan sinis.

"Ketawa aja, lo! Giliran Day, aja, enggak pernah tuh dia nggak kelihatan di mata lo! Bahkan saat Day masih berdiri di gerbang depan dan elo ada di sini pun, lo udah bisa lihat dia dengan jelas!" tambah Iqbal, penuh dengan sindiran.

"Sok tahu lo, Bal. Mana ada si Rafa bisa kaya begitu. Emangnya dia cenayang?" cibir Alden.

Denis--yang baru saja memborong makanan di depan gerbang--ikut bergabung dengan mereka bertiga dan berjalan bersama menuju kantin.

"Day mana? Kok enggak ada sama elo?" tanya Rafa, sambil mencari-cari sosok Daira.

"Nyangkut di depan kelas 11 IPS 1. Ada Kakak kelas yang manggil dia, tadi," jawab Denis.

"Siapa? Yang mana orangnya? Cowok atau cewek?" Rafa merasa dadanya begitu panas.

"Emangnya kalau cowok, kenapa?" tanya Daira, yang tiba-tiba ternyata sudah ada di belakang mereka berempat.

Di tangan Daira ada setangkai bunga mawar merah muda yang terbungkus plastik dan pita. Hal itu membuat Iqbal, Alden, dan Denis pun menahan nafas mereka bersamaan lalu menatap ke arah Rafa. Daira menyodorkan bunga mawar merah muda itu pada Rafa.

"Nih, buat lo," ujar Daira.

"CIEEEEEEE!!!" sorak yang lainnya.

Rafa melongo sejenak, berusaha mempercayai apa yang tengah dilihatnya saat itu.

"Bukan dari gue. Tapi dari Kakak kelas di kelas 11 IPS 1. Namanya ...."

Rafa pun meraih bunga mawar itu dari tangan Daira, sebelum Daira sempat menyelesaikan kalimatnya. Rafa segera membuang bunga mawar itu ke tempat sampah tanpa basa-basi.

"Kalau bukan dari elo, gue enggak akan pernah terima pemberian apa pun dari cewek lain! Gue harap lo paham dan berhenti jadi kurir buat cewek-cewek kurang kerjaan itu!" tegas Rafa.

"Bodo amat sih, Raf. Gue enggak peduli, kok," balas Daira, sambil berjalan melewati Rafa dengan dingin seperti biasanya.

Alden, Iqbal, dan Denis kini cekikikan diam-diam setelah melihat Rafa yang--lagi-lagi--diabaikan oleh Daira. Mereka pun langsung masuk ke dalam kantin, untuk duduk di meja yang biasanya. Farhan dan Ayu sudah ada di sana sejak tadi, sedang bermesraan dan bahkan mengabaikan tatapan dari banyak orang.

"Ay ... mau seblak?" tanya Farhan, mesra.

"Mau," jawab Ayu, manja.

"Minumnya mau apa, Ay?" nada pertanyaan Farhan semakin terdengar lebay.

"Kamu aja deh yang pilihin. Aku ngikut sama pilihan kamu, kok," jawaban Ayu juga terdengar jauh lebih lebay dari Farhan.

Kelima sahabat mereka menatap ke arah kedua insan yang tengah dimabuk centong itu dengan tatapan penuh rasa mual, jijik, geuleuh, dan semua rasa yang tak bisa mereka ungkapkan.

Sohib By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang