CHAPTER 29

76 8 3
                                    

Lapangan SMA Ksatria Baja Ungu telah ramai dan dipenuhi oleh seluruh anak kelas IPS, yang berdemo meminta agar Roni dipecat dari jabatannya sebagai Kapten Basket dan juga Ketua OSIS. Bahkan, anak-anak kelas IPA pun juga ikut berdemo di depan kantor Kepala Sekolah, setelah menerima kiriman video dari Daira, Rafa, Farhan, dan Denis. Mereka semua marah--khususnya para kaum hawa--karena tidak terima dengan apa yang Roni lakukan pada Shena.

"Turunkan Roni dari jabatannya!!!" teriak salah satu anak IPS.

"Turunkan!!!" sahut yang lainnya.

"Kami tidak ingin dipimpin oleh orang yang kasar terhadap wanita!!!"

"Setuju!!!"

"Kami menuntut hukuman yang adil terhadap Roni setelah dia melakukan kekerasan fisik!!!"

"Setuju!!!"

"Turunkan Roni dari jabatannya!!!"

"Turunkan!!!"

"Dia tidak diturunkan dari jabatannya, kami yang akan menyeret dia agar turun dari jabatannya!!!"

"Setuju!!!"

Mobil milik Rafa telah tiba di sekolah, mereka pun bergegas turun bersama Shena yang terus dikawal oleh Daira dan Ayu. Seluruh anak-anak kelas 10 pun ikut membantu mengawal Shena, agar Roni tidak lagi bisa macam-macam. Iqbal meminta toa dari tangan Kakak kelas yang tadi berorasi.

"Hasil visum telah kami dapatkan, dan saat ini kami telah membuat laporan pada pihak kepolisian atas kekerasan fisik yang Roni lakukan pada Kak Shena. Ini bukan hanya masalah anak IPS, tapi ini juga masalah anak IPA. Kenapa begitu? Karena yang dianiaya oleh Roni adalah seorang wanita! Kalian semua para wanita di sekolah ini tentu tidak mau harga diri kalian diinjak-injak, 'kan???" tanya Iqbal.

"Tidak mau!!!" jawab semua kaum hawa yang ada di sekolah itu.

"Kalau begitu, ayo kita sama-sama berjuang untuk terus menjunjung harga diri seorang wanita!!! Turunkan Roni dari jabatannya!!!" lantang Iqbal, berapi-api.

"Turunkan!!!"

Roni yang saat ini tengah berada di ruang BK dan tengah disidang oleh para Guru serta Kepala Sekolah pun hanya bisa diam gemetaran di tempatnya. Para Guru jelas tak bisa menolongnya, dan Kepala Sekolah tak mau nama sekolah tercoreng.

"Kami tidak punya pilihan lain, Roni. Tindakanmu itu memang sudah sangat keterlaluan," ujar Ibu Rina.

"Kamu itu Ketua OSIS, harusnya kamu menjadi panutan yang baik untuk siswa dan siswi lainnya. Ini malah sebaliknya," Pak Mamat terdengar sangat kecewa.

Suara sirine mobil Polisi terdengar dengan jelas di luar. Roni semakin memucat, dan tidak ada yang mau menolongnya sekarang.

"Sudah, jalani saja. Biar Polisi membawamu ke kantor mereka. Daripada kamu diamuk masa di sini, lebih baik kamu pasrah saja," saran Kepala Sekolah.

"Ta--tapi, Pak," ujar Roni, terbata-bata.

"Sudah, jangan merengek. Toh nanti di penjara juga kamu akan tetap makan dan tidur," bujuk Pak Mamat.

Polisi akhirnya benar-benar membawa Roni keluar dari ruang BK. Amuk masa berhasil dihindari, Iqbal terus menggenggam tangan Shena selama proses menegangkan itu berlangsung. Ia tak mau Shena merasa takut lagi, karena Roni jelas takkan bisa melakukan apa pun sekarang.

"Udah, Kak. Semua udah berakhir," ujar Iqbal.

"Thank's, ya, Bal. Thank's banget atas semua bantuan dan perjuangan lo," ucap Shena, berusaha menyembunyikan kedua matanya yang berkaca-kaca.

Iqbal tahu Shena akan menangis, maka dari itu ia menarik gadis itu untuk bersandar di pundaknya.

"Nangis aja. Enggak usah ditahan-tahan. Gue enggak akan bilang elo jelek, kok, kalau lagi nangis," ujar Iqbal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sohib By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang