CHAPTER 21

37 4 2
                                    

"Daira! Itu hape kamu bunyi terus dari tadi!" seru Ecih--Ibunya Daira.

"Iya, Bu. Maaf, aku baru selesai mandi," ujar Daira, lembut.

"Kamu mandi teh lama banget. Enggak takut masuk angin?" tanya Ecih.

"Aku tadi mandi sekalian nyuci, Bu. Semua pakaian besok pagi tinggal dijemur, termasuk pakaian Ibu. Makanya aku lama di kamar mandi," jawab Daira.

"Oh, ya udah atuh. Angkat teleponnya, siapa tahu Neng Ayu yang telepon," ujar Ecih.

Daira pun segera masuk ke kamarnya. Ia duduk pada kursi di balik meja belajarnya, sambil meraih ponsel yang tergeletak di atas meja tersebut.

"Halo, assalamu'alaikum," sapa Daira.

"Wa'alaikumsalam. Day. Curhat, dong," sahut Ayu, dengan suara memelas di seberang sana.

"Boleh ... tapi isiin gue paket internet, ya. Dua giga aja," balas Daira, sambil menahan senyumannya.

"Sebentar," pinta Ayu.

Daira pun menunggu. Ia bisa mendengar suara layar ponsel yang tengah terketuk-ketuk oleh jemari Ayu saat itu. Entah chat siapa yang tengah dibalas oleh sahabatnya itu, yang jelas Daira tak mau bertanya-tanya.

"Oke, udah gue isiin paket internet buat lo, yang lima giga," ujar Ayu, tak lama kemudian.

"Eh? Banyak banget? Lo mau curhat sampai subuh?" tanya Daira, kaget.

"He-he ... iya."

Daira hanya bisa mengelus dada sambil geleng-geleng kepala. Untung saja Ayu tidak melihat hal itu. Kalau tidak, moodnya akan segera rusak, karena Daira baru saja meniru kelakuan Farhan jika ada yang ingin curhat berjam-jam.

"Gue video call ya, Day."

"Oke."

Sambungan telepon pun terputus. Tak lama kemudian panggilan video pun masuk ke ponsel Daira. Daira segera mengangkatnya, setelah selesai memakai piyama.

"Hai, Ay."

"Hai, Day. Baru habis mandi?"

"Iya. Sekalian tadi gue nyuci baju, makanya lama," jawab Daira, sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah.

"Kalau video call begini, gue jadi ingat waktu kita masih sekolah online. Biasanya kita bertujuh selalu ngerjain Guru, dengan cara offline tiba-tiba secara bersamaan," ujar Ayu.

"HAHAHAHAHA!!!"

Daira tak bisa menahan tawanya. Ia ingat betul akan hal itu dan siapa pencetus kegiatan paling unfaedah tersebut.

"Dan kita nurut aja lagi, pas si Alden bilang 'ayo kompakan offline, terus bilang kalau di rumah kita mati lampu'. Sumpah gue merasa berdosa banget sama Bu Jihan waktu itu. Cuma ternyata, asik juga saat melakukannya," ujar Daira.

Wajah Ayu terlihat mencebik di layar ponsel saat itu.

"Jadi mana yang benar? Elo nyesel atau enggak?" sinisnya.

"He-he-he. Ya, nyesel dong. Masa enggak," jawab Daira.

Mereka berdua pun kembali tertawa.

"Eh, gue mau curhat nih."

"Curhat apa? Dari tadi gue tungguin, malah lo membahas sekolah online."

"Gini loh Day ..." Ayu memulai, "'kan Farhan ngajakin gue beli sepatu roda couple, buat kita main di arena akhir minggu depan. Nah gue bingung, Farhan maunya sepatu roda yang cocok sama baju couplenya kita, tapi gue maunya yang warna netral. Ya maksud gue, biar sepatunya tetap cocok saat gue dan Farhan pakai baju yang lain," jelasnya.

Sohib By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang