CHAPTER 24

36 7 2
                                    

Karena kantin sudah tutup, akhirnya geng sayur asem memilih berkumpul di salah satu Cafe yang dekat dengan sekolah mereka untuk merayakan hari pertama jadian antara Rafa dan Daira. Tatap mata Iqbal, Ayu, Denis, Farhan, dan Alden pun tertuju hanya ke arah Rafa, yang saat itu tengah menahan dagunya dengan tangan sambil tersenyum-senyum sendiri ketika menatap ke arah Daira yang tengah makan batagor.

"Raf, elo baru jadian apa baru kesambet? Ngapain, sih, lihatin Day sampai kayak begitu?" tanya Farhan.

"Kapan lagi, 'kan, gue bisa lihat masa depan secara langsung dan dekat tanpa dihalang-halangi oleh orangnya," jawab Rafa, tanpa mengalihkan tatapannya dari Daira.

Wajah Daira jelas memerah luar biasa, setelah mendengar jawaban dari Rafa saat itu. Alden dan Iqbal pun mendadak geram, lalu melemparinya dengan lembaran tisu yang ada di tengah-tengah meja.

"Enggak usah sok cute, lo! Enggak pantes!" sindir Alden.

"Biasanya juga beringas kayak singa. Enggak usah sok meniru kelakuannya hello kitty, deh!" tambah Iqbal, tak kalah sewot.

"Ye! Jomblo sirik aja!" balas Daira, setelah menepis lembaran tisu yang nyangkut di wajahnya.

Pesanan makanan yang lainnya pun datang, mereka mulai menyantap traktiran dari Rafa dan Daira saat itu. Bertepatan dengan datangnya rombongan Kakak kelas dari kelas 11 IPS 1, dan Shena ada di antaranya. Jelas saja Iqbal langsung berpura-pura tak peduli, meski hatinya masih peduli pada mantan gebetannya itu.

"Bal, hati lo butuh plester enggak? Gue ada nih," bisik Alden.

"Enggak usah mancing ketulusan hati gue untuk merobek-robek mulut lo, deh! Diam aja dan lanjutin makannya!" geram Iqbal, panas-dingin.

"Ekhm! Ada Iqbal ternyata di sini. Shena, lo masih ada rasa enggak sama Iqbal?" celetuk salah satu cewek dari kelas yang sama dengan Shena.

Shena diam saja dan tak mengatakan apa pun. Sementara Iqbal jelas terlihat marah karena cewek tadi dengan sengaja menyindir Shena secara terang-terangan.

"Kalau lo udah enggak suka, Iqbal buat gue aja, ya! Sayang kalau dianggurin," tambah cewek tadi sekali lagi.

Iqbal pun telah siap meledak, namun ia kalah langkah dari Ayu dan Daira yang telah bangkit dari kursinya dan mendatangi si cewek yang sejak tadi masih saja menyindir Shena.

"Apa lo bilang? Iqbal buat lo aja? Siapa yang kasih izin?" tanya Ayu, dengan kedua matanya yang melotot tajam.

"Dengar, ya, Iqbal adalah milik kita berlima, selama dia masih jomblo! Enggak ada satu pun orang yang boleh milikin Iqbal selain daripada kita, kecuali dia udah punya pacar! Jadi, jangan pernah mimpi untuk bisa memiliki Iqbal sesuka hati lo! Dan satu hal lagi, Iqbal bukan barang yang bisa dimilikin sesuka hati sama siapa aja! Mau Kak Shena suka ataupun udah enggak suka sama Iqbal, elo enggak akan pernah punya kesempatan buat mendapatkan Iqbal!" tegas Daira, tak main-main.

"Camkan itu baik-baik! Jaga mulut lo, sebelum gue sambelin!" tambah Ayu, tak kalah garang.

Mereka berdua pun segera meninggalkan meja yang ditempati oleh cewek itu, lalu mengajak yang lainnya untuk pergi dari Cafe. Shena berbalik dan menatap punggung Iqbal yang kini mulai menjauh. Ia masih menyukai cowok itu dan jelas ia telah merasa kehilangan sesuatu yang berharga untuk dipertahankan sekarang.

"Bagaimana dengan diri gue? Apakah gue masih punya kesempatan?" tanya Shena, dalam hati.

* * *

"HOOAAAAMMMHHH!!!"

Farhan menguap lebar saat di tengah-tengah jam pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Bu Rina menatapnya sambil menyipitkan kedua matanya ke arah pria itu.

Sohib By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang