"Eh, Iqbal katanya sakit, tuh. Makanya dia pulang lebih cepat dari biasanya," ujar Alden, memberitahu yang lainnya.
"Hakhit haphahan dhiha?" tanya Denis, sambil mengunyah-ngunyah cireng panas yang baru saja dibelinya.
"Heh! Makan aja dulu itu cirengnya! Enggak usah nanya-nanya sambil ngunyah! Bikin kuping gue kresek-kresek aja, kaya sinyal radio rusak," omel Ayu.
"Khuphing lho hemhang hudhah rhushak! Dhan hithu bhukhan shalhah ghuhe!" balas Denis, membalas omelan Ayu sambil melotot.
"Udah ... udah ... berantem melulu, sih, kerjaan kalian! Itu si Iqbal gimana nasibnya? Dia sakit apa?" lerai Daira, yang mulai jengah dengan adu bacot yang dilakukan oleh Ayu dan Denis.
"Benar kata Day, gimana nasib si Iqbal? Pikirin, dong. Jangan cuma bisa debat doang, kaya anggota DPR yang sok ingin terlihat membela rakyat," ujar Rafa, setuju dengan pendapat Daira.
"Eh, cieeee ... ada yang membela Day hari ini, guys!" seru Farhan, penuh semangat.
"CIEEEEEEE!!!" sahut yang lainnya, kompak.
Daira bersungut-sungut kesal dan menatap sengit ke arah Rafa.
"Bisa enggak, sih, kalau elo enggak memancing kekesalan gue? Enggak usah sok ikut-ikutan membela apa yang gue omongin deh!" ketus Daira, jengkel.
"CIEEEEE .... makin mesra aja," sindir yang lainnya, serempak.
"Woy! Mesra dari Hongkong! Lo semua enggak lihat apa, gue kena semprot sama mulut tajamnya Day? Kalau ngomong tuh berdasarkan fakta, dong! Bikin gue darah tinggi aja, sih!" amuk Rafa.
Farhan, Alden, Ayu, dan Denis pun tertawa hebat setelah berhasil membuat Daira dan Rafa naik darah. Mereka segera berjalan menuju ke arah perumahan tempat tinggal Iqbal.
"Eh, kita mau jenguk si Iqbal, nih?" tanya Farhan.
"Iya, sekalian kita ngerjain tugas kelompok di sana. Lumayanlah, hitung-hitung sambil kita menghibur si Iqbal biar cepat sehat kembali," jawab Alden.
Daira pun memutar kedua bola matanya dengan sebal.
"Kalau kita yang datang ke rumahnya si Iqbal sekarang, si Iqbal bisa tambah stress. Sembuh enggak, tambah sakit udah jelas iya," komentar Daira.
"Eh, Day, kita sebagai sahabat yang baik tuh mesti rajin-rajin menghibur kalau ada yang sakit. Anggap aja sebagai tanda bahwa kita peduli banget sama kesehatan sahabat kita," ujar Farhan.
"Kalau peduli mah harusnya si Iqbal dibawa ke rumah sakit, Han. Bukan dibawain masalah kerja kelompok," sanggah Denis.
"Tuh, dengar! Si Denis yang otaknya cuma berisi makanan pun tahu, kalau orang sakit harus dibawa ke rumah sakit," sewot Ayu.
"Ish! Kenapa jadi gue yang salah, sih? 'Kan yang punya ide buat menjenguk si Iqbal adalah Alden. Ya, lo tanyalah sama si Alden, sebaiknya si Iqbal dibawa ke rumah sakit atau gimana," saran Farhan, yang tak mau kena getahnya.
"Intinya jangan dibawain susah aja deh. Udah cukup kok itu buat si Iqbal," ujar Rafa, si cowok teririt dalam bicara.
Mereka pun tiba di rumah Iqbal tak lama kemudian. Mereka mengetuk-ngetuk pintu beberapa kali, agar Iqbal mendengar suara ketukan itu. Iqbal membukan pintu rumahnya dalam keadaan mengantuk. Hari itu kondisinya kurang begitu fit, sehingga membuatnya pulang lebih awal daripada yang lainnya. Diputarnya kunci yang tergantung pada tempatnya, lalu ditariknya tuas pada pintu tersebut.
Betapa terkejutnya Iqbal saat melihat wajah-wajah tidak penuh berkah di dalam hidupnya dan wajah-wajah paling unfaedah yang pernah dilihatnya, telah terpampang dengan jelas di hadapannya ketika membuka pintu rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/370948320-288-k296753.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sohib By Accident
HumorIni kisah anak SMA yang benar-benar di luar dugaan. Percayalah, tidak akan ada yang percaya kalau ini kisah anak SMA. Bahkan, penulisnya pun ragu kalau mereka adalah anak SMA. Tapi, inilah kisah anak SMA. Jika ingin protes, katakanlah pada mereka.