Part 22

490 70 16
                                    

Begitu Bila kembali dari kamar mandi di meja hanya tersisa Nando sendirian sedang duduk disana. Bila sedikit bernafas lega akhirnya Om dan Tante nya itu sudah pergi dari mejanya dan berhenti menginterogasinya.
Bila kembali menghampiri Nando dan duduk di meja, dan sepertinya Nando tak menyadari keberadaan nya yang sudah kembali sejak tadi.
"Nand? " Tanya Bila menyadarkan Nando.

"Eh iya... " Jawab Nando refleks menoleh ke arah Bila.

"Kalau kamu ada kerjaan, dan mau pulang duluan gapapa kok.. Ini kayanya acaranya sampai sore. Kamu ga mesti nunggu acaranya selesai gapapaa.... " Ujar Bila.

"Gapapa.. " Jawab Nando sambil tersenyum tipis pada Bila dan kembali mengalihkan pandangannya.

Nando masih merasa janggal dalam hatinya, bagaimana Bila bisa bersikap baik-baik saja seperti tidak terjadi apa-apa saat kembali duduk disini, sementara tadi dia pasti mengetahui Nando pasti terkejut mendengar fakta yang baru dia ketahui.
Tapi Nando cukup tau diri untuk saat ini, tidak mungkin dia mendesak penjelasan Bila ditengah acara keluarganya begini, dia harus bisa mengendalikan dirinya sendiri dan menahan sabarnya lebih lama untuk beberapa saat kedepan.

Mereka masih mengikuti semua rangkaian acara dengan baik, Nando masih bertegur sapa dan memperkenalkan dirinya pada beberapa anggota keluarga Bila yang menghampirinya. Dan Bila juga masih sibuk mendapatkan beberapa wawancara kecil disana. Dalam benak Bila sudah tidak terlintas lagi rencananya untuk mengomeli Natya karena ide nya hari ini. Dia hanya mengkhawatirkan situasinya nanti dengan Nando.
Bila bukan tidak menyadari ada sesuatu yang berubah dari respon laki-laki itu, meskipun dia kini masih terlihat baik-baik saja dan tetap bersikap ramah juga sopan didepan keluarganya. Tapi sejak tadi, Nando tak bersuara apapun sama sekali padanya. Selain menjawab pertanyaannya yang terakhir ketika menawarkan nya untuk pulang lebih dulu sebelum acara selesai, Nando sama sekali tak memulai pembicaraan apapun dengannya. Rasa bersalah dalam diri Bila makin muncul bukan karena melihat laki-laki itu seperti sedikit menghindari nya, tapi ketika dia masih berinteraksi seperti biasa dengan keluarga nya disini. Bahkan sesekali dia bertukar candaan juga sedikit tertawa saat menimpali mereka. Sungguh, situasi ini tak pernah Bila harapkan. Mungkin akan lebih baik untuk Bila jika Nando marah dan ingin segera pergi dari sini , itu akan lebih mudah baginya. Namun sayang hal itu tidak terjadi sama sekali.

Setelah lama tak berada di dekat sepupunya, pada akhirnya Natya mendekati Bila di area sudut acara yang sepertinya sedang sedikit gelisah ketika dia perhatikan dari kejauhan. Nando sedang tak berada di sampingnya, mungkin pria itu sudah izin untuk pamit duluan menurut Natya.

"Bil...? " Ujar Natya menepuk bahu Bila di sampingnya.

"Ehh.. Natt... " Jawab Bila memelas.

"Kenapaa? " Tanya Natya.

"Gapapa." Jawab Bila mencoba tersenyum tenang.

"Mas Nando udah pulang?? " Tanya Natya sambil melihat ke sekitarnya.

"Belum, lagi ngobrol disana.. " Jawab Bila sambil menunjuk ke arah Nando yang sedang berdiri diantara sepupu laki-lakinya yang sedang berkumpul.

Natya tersenyum ke arah yang ditunjukkan Bila. Dia mencoba mengusap bahu Bila pelan,
"He's the good guy Bil.. " Ujar Natya.

Bila menundukkan wajahnya mendengar ucapan Natya. Ah, rasanya dia seperti tertampar mendengarnya.
"Tapi aku gabisa Natt.. " Jawabnya dengan suara merendah namun masih bisa terdengar oleh Natya.

"Sebenernya kamu udah menyadarinya sejak lama, tapi kamu sendiri yang mengelak. Coba sebutin sama aku apa kekurangan dia yang menurut kamu jadi 'gabisa' itu? " Tanya Natya lembut.

Bila sempat terdiam untuk beberapa saat, menerawang kedepan dan kembali menundukkan kepalanya.
"Kekurangan nya bukan ada di dia.
Tapi aku.. " Jawab Bila yang sudah sempurna menahan tangisnya.

"Hugging The Wound" // 'Memeluk Luka'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang